Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Studi Health Collaborative Center: Enam dari 10 Perantau di Jabodetabek Kesepian

Seorang perantau yang tinggal di Jabodetabek memiliki potensi atau risiko hampir dua kali lipat untuk menderita kesepian derajat sedang hingga berat.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Willem Jonata
zoom-in Studi Health Collaborative Center: Enam dari 10 Perantau di Jabodetabek Kesepian
Tribunnews.com
Peneliti utama dan Ketua HCC Dr dr. Ray Wagiu Basrowi MKK saat menyampaikan paparan studi Health Collaborative Center, Selasa (19/12/2023). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Eko Sutriyanto 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penelitian terbaru dari Health Collaborative Center (HCC) menemukan empat  dari 10 Orang yang tinggal di Jabodetabek mengalami kesepian derajat sedang dan berat yang ditandai dengan indikator survey online pada 1229 responden selang 3 bulan terakhir.

Peneliti utama dan Ketua HCC Dr dr. Ray Wagiu Basrowi MKK mengatakan, hasil derajat kesepian orang Jabodetabek ini secara signifikan berhubungan langsung dengan empat variable, yaitu status perantauan, usia muda kurang dari 40 tahun, status belum menikah dan perempuan.

Menurut Dr Ray, survey menggunakan UCLA Loneliness Scale ini menunjukkan status seorang perantau yang tinggal di Jabodetabek memiliki potensi atau risiko hampir dua kali lipat untuk menderita kesepian derajat sedang hingga berat.

Bahkan terdapat satu indikator penting yaitu 62 persen indikator kesepian dibentuk oleh perasaan tidak merasa cocok dengan pergaulan dan orang-orang di sekitarnya.

Baca juga: Kisah ART Perantau dan Single Parent, Hendak Mudik Temui Anak di Jawa

"Ini indikator yang tidak menyenangkan karena WHO sendiri sudah mengeluarkan rekomendasi bahwa bahaya dari kesepian dapat meningkatkan terjadinya gangguan kesehatan jiwa, meningkatkan risiko penyakit-penyakit jantung dan pembuluh darah yang berbahaya bahkan meningkatkan risiko kematian,” uangkap dr Ray yang juga inisiator Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa, Selasa (19/12/2023).

Hasil penelitian ini lebih lanjut menemukan fakta lain, yaitu lebih 51 persen  kelompok penduduk dengan usia dibawah 40 tahun mengalami kesepian derajat sedang dengan risiko nya lebih dari dua kali lipat.

Berita Rekomendasi

Ray menjelaskan temuan ini juga membuktikan bahwa kelompok usia muda yang berada pada tahap masa hidup aktif dan produktif ternyata sebagian besar mengalami kesepian.

Artinya istilah support system yang sangat popular di kalangan generasi muda terkesan tidak cukup mendukung para generasi muda dan produktif di kota besar untuk tidak merasa kesepian, tegas dr Ray yang merupakan pengajar kedokteran kerja di Departemen Kedokteran Komunitas FKUI ini.

Temuan lain dari studi ini adalah terkait dengan status perkawinan.

Sebanyak 60% penduduk Jabodetabek yang belum menikah atau janda dan duda mengalami kesepian derajat sedang hingga berat, dimana risikonya juga secara statistik sangat bermakna yaitu mencapai satu setengah kali lipat.

“Kondisi status perkawinan ternyata ketika dihubungkan dengan derajat kesepian menunjukkan adanya hubungan dengan jenis kelamin perempuan. Jadi perempuan memang lebih rentan untuk mengalami kesepian bila mereka tidak menikah, paling tidak ini terlihat dari analisis univariat yang dilakukan penelitian ini,” ujarnya.

Penelitian dari HCC ini dilakukan oleh Dr Ray sebagai Peneliti Utama bersama Yoli Farradika, MEpid sebagai Research Associate.

Penelitian berlangsung sejak November 2023 pada 1229 responden mayoritas Jabodetabek, dengan mayoritas perempuan rentang usia antara 21 hingga 60 tahun. Penelitian dilakukan dengan survey online menggunakan kuesioner UCLA Loneliness Scale yang tervalidasi dalam Bahasa Indonesia, dengan random sampling dan margin of error 1.6 dan mendapatkan izin etik dari Komisi Etik Kesehatan, yang merujuk pada tingkat kredibilitas dan validitas dari hasil penelitian ini.

Lebih lanjut Dr Ray mengungkapkan, penggunaan kuesioner UCLA Loneliness Scale sudah sering dipakai untuk mendapatkan penggambaran skala kesepian di komunitas di berbagai negara, sehingga kuesioner ini dapat dipertanggung- jawabkan secara ilmiah.

Meskipun demikian, menurut dr Ray, tentunya hasil ini tidak 100% merepresentasikan kondisi secara umum tapi cukup kuat untuk mendapatkan indikasi derajat kesepian, agar menjadi bahan acuan, diskusi dan rekomendasi bagi masyarakat, tenaga kesehatan dan pemerintah untuk mencari solusi bahwa kesepian itu terjadi di masyarakat kita dan perlu diatasi dengan sejumlah langkah cepat.

Salah satu rekomendasi HCC berdasarkan studi literatur menunjukkan efektivitas dari ruang public yang ramah interaksi sudah diterapkan di berbagai negara di Eropa dan Amerika.

"Hasil studi ini diharapkan bisa menjadi pemantik diskusi pentingnya kesehatan jiwa di Indonesia," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas