Kolaborasi Seni dan Fashion Mendukung Prinsip Keberlanjutan
Seiring dengan masifnya kampanye sustainability (keberlanjutan), pelaku industri fashion dan art bisa mendukung prinsip wellness dan sustainability.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com Eko Sutriyanto
TRIBUNEWS.COM, JAKARTA - Seiring dengan masifnya kampanye sustainability (keberlanjutan), pelaku industri fashion dan art (seni) dapat mengambil peran dalam mendukung dan mengejawantahkan prinsip wellness dan sustainability.
Sustainability bisa dilakukan dan dimulai dengan langkah kecil misalnya melibatkan penggunaan bahan ramah lingkungan, proses produksi yang bertanggung jawab, serta promosi gaya hidup yang seimbang.
Baca juga: Mengenal Jaket Varsity yang Dipakai Ganjar Saat Debat Terakhir, Jadi Tren Fashion Sejak 1865
Founder/Architect of Style Seratus Kapas, Yadnya Seni mengatakan sustainability mengacu pada upaya untuk menciptakan produk yang tidak hanya mendukung kesehatan dan kesejahteraan individu, tetapi juga memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat.
"Menciptakan produk yang sustainable atau berkelanjutan perlu mempunyai lingkungan yang sustainable bagi para pekerjanya," kata Yadnya Seni saat talkshow Ganara Road to Plaza Indonesia Fashion week 20023, Fashion Talks: Beyond Visual, Sustainability Through Fashion yang diselanggarakan di Ganara Art Space, Plaza Indonesia akhir pekan lalu.
Selain Yadnya hadir sebagai pembicara, Deputy Head of Product Innovation Earth Love Life, Yessica Megistriani dan Founder Lyfe With Less, Cynthia S Lestari.
Yadnya mengatakan, pihaknya telah menghadirkan dan memajang lini produk terbaru mereka bertajuk RE\VIVE yang bukan saja merupakan konsep sustainability, tetapi juga merupakan lini yang terlahir dari concern Seratus Kapas sebagai bentuk responsible innovation.
Yessica Megistriani menyebutkan, selain memperhatikan isu sustainability dengan memperhatikan dampak terhadap lingkungan, pihaknya melakukan ethical sourcing yang bertujuan untuk membantu para petani mempunyai hidup yang lebih baik.
"Kami mempunyai filosofi earth loves my soul yang sudah melewati riset dan penelitan di mana kondisi mental seseorang dapat dipengaruhi dari wangi yang dicium," katanya.
Dalam kesempatan itu, Cynthia S Lestari membeberkan bagaimana dirinya mendirikan Lyfe With Less yang awalnya menjadi wadah buku harian kala menghadapi krisis kehidupan 25 tahun.
"Jadi lahirnya gerakan ini dari kebiasaan pribadi aku di akun media media sosial," katanya.
Namun ternyata, gerakan ini diterima antusia orang-orang di sekitarnya sehingga Lyfe With Less sudah memiliki komunitas besar yang sama-sama peduli tentang sustainability barang sehari-hari, terutama pada produk sandang.
Founder dan CEO Ganara Art, Tita Djumaryo mengatakan, wellness dan sustainability mengacu pada upaya untuk menciptakan produk yang tidak hanya mendukung kesehatan dan kesejahteraan individu, tetapi juga memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat.
"Sustainability mendorong masyarakat yang hadir untuk punya pengalaman baru bahwa ada beberapa hal yang bisa dilakukan di rumah, lewat barang-barang upcycle," kata Tita Djumaryo.