Niat Puasa Qadha dan Siapa Saja yang Boleh Mengqadha
Ada sejumlah kelompok yang diperbolehkan tidak berpuasa ramadan atau wajib berbuka namun diwajibkan pula untuk mengganti atau mengqadha puasa tersebut
Penulis: Widya Lisfianti
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Puasa Ramadan merupakan puasa yang hukumnya wajib, artinya apabila ditinggalkan akan mendapatkan dosa.
Meski demikian, ada sejumlah kelompok yang diperbolehkan tidak berpuasa atau wajib berbuka namun diwajibkan pula untuk mengganti atau mengqadha puasa tersebut, yakni:
- Orang sakit yang memiliki harapan untuk sembuh
- Musafir
- Wanita yang haid dan nifas
Berikut adalah bacaan niat puasa qadha Ramadan:
Nawaitu sauma ghadin ‘an qadhā’I fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ.
Artinya: Aku niat untuk meng-qadha puasa di bulan Ramadhan besok hari karena Allah SWT.
Perlu diketahui bahwa sakit yang menyebabkan bolehnya berbuka adalah sakit berat yang bertambah parah dengan berpuasa atau dikhawatirkan akan memperlambat kesembuhan.
Akan tetapi, orang sehat yang takut akan jatuh sakit karena berpuasa, maka boleh berbuka seperti orang yang sakit, dikutip dari Buku Pintar Panduan Lengkap Ibadah Muslimah.
Begitu pula orang yang sangat kelaparan atau kehausan, hingga mungkin celaka, hendaknya ia berbuka dan mengqadha puasanya, walaupun ia orang yang sehat dan bukan musafir.
Baca juga: 134 Lokasi Pantau Hilal Awal Ramadan 1445 H, Sidang Isbat Digelar 10 Maret 2024
Keutamaan Bulan Ramadan
1. Bulan berlimpah berkah
Saat datang bulan Ramadhan Rasulullah saw. bersabda, sebagaimana diriwayatkan Abu Hurairah sebagai berikut,
"Sesungguhnya telah datang kepadamu bulan yang penuh berkah. Allah mewajibkan kamu berpuasa, karena dibuka pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka dan dibelenggu syaitan-syaitan, serta akan dijumpai suatu malam yang nilainya lebih berharga dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak berhasil memperoleh kebaikannya, sungguh tiadalah ia akan mendapatkan itu untuk selama-lamanya." (HR. Ahmad, An-Nasa'l, dan Baihaqi).
2. Bulan kegembiraan bagi pecinta kebaikan
Sahabat Arfah pernah berkata, "Suatu ketika aku berada di rumah Uthbah bin Farqad, kebetulan ia sedang membicarakan puasa Rama- dhan, lalu masuk seorang laki-laki, salah seorang sahabat Nabi saw. Melihat laki-laki itu Uthbah menaruh hormat padanya dan diam. Tamu itupun menyampaikan hadis tentang Ramadhan. Ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda tentang Ramadhan, 'Pada bulan itu pintu-pintu neraka ditutup, dibuka pintu-pintu surga dan dibelenggu syaitan-syaitan'." Rasulullah saw. mengulas lagi, "Dan seorang malaikat akan berseru: 'Hai pecinta kebaikan, bergembi- ralah! Hai pecinta kejahatan, hentikanlah! Sampai Ramadhan ber- akhir." (HR Ahmad, dan An-Nasa'i).
3. Saat penghapusan kesalahan diampuni dosa-dosanya
Abu Hurairah berkata bahwa Nabi saw. bersabda: "Shalat yang lima waktu, Jumat ke Jumat, Ramadhan ke Ramadhan berikutnya menghapuskan kesalahan-kesalahan yang terdapat di antara masing- masing selama kesalahan besar dijauhi."
Abu Sa'id al-Khudri ra. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan dan mengetahui batas- batasnya, dan ia menjaga diri dari segala apa yang patut dijaga, diha- puskanlah dosanya yang sebelumnya." (HR Ahmad dan Baihaqi).
Abu Hurairah berkata, "Telah bersabda Rasulullah saw.: 'Siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan karena keimanan dan meng- harapkan keridhaan Allah, akan diampuni dosa-dosanya yang terda- hulu'." (HR Ahmad dan Ash-habus Sunan).
(Tribunnews.com, Widya)