Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Teks Khutbah Jumat 7 Juni 2024: Hikmah Datangnya Bulan Dzulhijjah

Contoh teks khutbah Jumat bulan Dzulhijjah 1445 H/ 2024 M dengan tema hikmah bulan Dzulhijjah, yang mana termasuk dalam empat bulan haram (suci).

Penulis: Muhammad Alvian Fakka
Editor: Febri Prasetyo
zoom-in Teks Khutbah Jumat 7 Juni 2024: Hikmah Datangnya Bulan Dzulhijjah
TribunStyle, Sumber: dailymoeslim, binamasyarakat
Ilustrasi Bulan Dzulhijjah Jelang Hari Raya Idul Adha - Contoh teks khutbah Jumat bulan Dzulhijjah 1445 H/ 2024 M dengan tema hikmah bulan Dzulhijjah, yang mana termasuk dalam empat bulan haram (suci). 

Sehingga dalam salah satu kesempatan khutbah Jumat di bulan ini Rasulullah menyampaikan;

عن ابن عباس رضي الله عنه ان رسول الله صلى الله عليه وسلم خطب الناس يوم النحر فقال : يا ايها الناس اي يوم هذا؟ قالوا يوم حرام قال فاي بلد هذا؟ قالوا بلد حرام قال فاي شهر هذا قالوا شهر حرام. قال فان دماءكم واموالكم واعراضكم عليكم حرام كحرمة يومكم هذا في بلدكم هذا وفي شهركم هذا

“Hadis dari Ibnu Abbas RA, sesungguhnya Rasulullah ﷺ berkhutbah kepada para umatnya pada hari ‘Idul Qurban. Nabi bersabda: “Wahai para manusia, hari apakah ini? Mereka menjawab: Ini Hari haram. Wahai para manusia, negara apakah ini? Mereka menjawab: Ini negara haram. Wahai para manusia, bulan apakah ini? Mereka menjawab: Ini bulan haram.” Nabi Muhammad bersabda lagi: “Sesungguhnya darahmu, hartamu dan anggota tubuhmu itu haram sebagaimana keharaman hari ini, di negara ini dan bulan ini.” (HR Imam Bukhari)

Kalimat Rasulullah dalam khutbah tersebut diulang-ulang dan dilanjutkan dengan doa dan penegasan bahwa khutbah itu sebagai wasiat pada umatnya.

Bahkan Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa sudah tidak ada lagi pertumpahan darah antara umat Islam dengan kaum kafir setelah hari ‘Idul Qurban itu.

Dari hadis tersebut, paling tidak kita dapat mengambil tiga pesan dari Rasulullah Saw.

Pertama, seorang pemimpin umat Islam harus berkomunikasi dan selalu membimbing umatnya. Salah satu cara komunikasi itu yakni dengan mengingatkan betapa pentingnya hari dan bulan yang mulia dan diharamkan oleh Allah.
Memperingati hari dan bulan haram (mulia) adalah dengan melaksanakan sunnah Rasulullah: berpuasa, bertaqarrub dan beramal sosial secara istiqamah. Dan di bulan haram, tidak diperbolehkan perang (beradu fisik dan menebar fitnah).

Kedua, dalam sebuah kemulian ada tempat hidup yang selalu digunakan untuk beribadah, Nabi menyebutnya dengan kata balad. Kata balad bisa diartikan dengan: daerah, negeri, desa, kampung, tanah air.

Berita Rekomendasi

Jika Nabi Muhammad ﷺ menyebut kata balad dalam khutbah ‘Idul Adha, maka perlu kita ambil hikmah bahwa betapa cintanya Nabi Muhammad kepada tanah airnya sesuai dengan firman Allah:

إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَىٰ مَعَادٍ ۚ قُلْ رَبِّي أَعْلَمُ مَنْ جَاءَ بِالْهُدَىٰ وَمَنْ هُوَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

“Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al-Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali ( Makkah). Katakanlah: “Tuhanku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang dalam kesesatan yang nyata”. (QS. Al Qashah: 85)

Dan ketiga, betapa pentingnya menjadikan Islam sebagai agama yang mendorong lahirnya perdamaian, bukan agama kekerasan penuh peperangan.

Sejarah perintah berqurban kepada Nabi Ibrahim yang diminta menyembelih putranya (Nabi Ismail) dan kemudian diganti domba adalah sebuah bukti bahwa Islam sangat melindungi hak asasi manusia dan cinta perdamaian.

Syaikh Utsman bin Hasan Al Khaubawi dalam kitab Durratun Nashihin memberikan penjelasan bahwa perjalanan Nabi Ibrahim dari negeri Syam hingga Makkah dalam mengikuti perintah Allah diabadikan dalam rangkaian ibadah sunnah puasa Tarwiyah (yataraw, memikirkan diri atas mimpi menyembelih anaknya) dan puasa Arafah (‘arafa, tahu dan yakin bahwa mimpi itu dari Allah).
Arafah juga menjadi tempat puncak ibadah haji. Dan kemudian hari kesepuluh Dzulhijjah menjadi penyembelihan (nahr).

Ma’asyiral muslimin hafidhakumullah,

Rasa syukur Nabi Ibrahim atas tidak jadinya menyembelih putranya, diganti dengan menyembelih 1.000 kambing, 300 lembu dan 100 unta demi taat kepada Allah.

Jelas sekali bahwa qurban ini menjadi ibadah sosial yang sangat mengangkat derajat para peternak hewan dan menjadi bukti emansipasi kepada kaum dlu’afa yang menerima manfaat pembagian daging qurban.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas