Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

PAN Respons Pernyataan Video Andi Arief: Cerita Horor Itu Hanya Buat Polusi Udara Politik Indonesia

PAN merespons pernyataan Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Demokrat Andi Arief yang mentatakan Anies Baswedan akan masuk penjara.

Penulis: Naufal Lanten
Editor: Theresia Felisiani
zoom-in PAN Respons Pernyataan Video Andi Arief: Cerita Horor Itu Hanya Buat Polusi Udara Politik Indonesia
Kolase Tribunnews.com
Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Demokrat Andi Arief dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. PAN merespons pernyataan Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Demokrat Andi Arief yang mentatakan Anies Baswedan akan masuk penjara. Wakil Ketua Umum PAN Viva Yoga Mauladi menilai hal tersebut sebagai analisis dramatis dan teror yang mendiskreditkan pemerintah. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Amanat Nasional (PAN) merespons pernyataan Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Demokrat Andi Arief yang mentatakan Anies Baswedan akan masuk penjara.

Tak hanya itu, Andi Arief menyebut ketua umum partai di Koalisi Indonesia Bersatu pun berpotensi dikriminalisasi.

Wakil Ketua Umum PAN Viva Yoga Mauladi menilai hal tersebut sebagai analisis dramatis dan teror yang mendiskreditkan pemerintah.

Menurut dia, hal seperti itu seharusnya diakhiri saja.

“Ada invisible hand, power hand, kriminalisasi ketua umum partai, dan cerita-cerita horor itu hanya membuat polusi udara politik Indonesia,” kata Viva Yoga saat dihubungi, Selasa (27/9/2022).

“Seakan ada skenario jahat dari pemerintah untuk menghalalkan segala cara dalam menghadapi Pilpres 2024,” lanjutnya.

Selain membuat polusi di lingkungan politik nasional, Yoga menilai yang dilakukan Andi Arief adalah sebagai cara Partai Demokrat mendapat simpati publik.

Berita Rekomendasi

“Apakah nanti akan terbangun persepsi sebagai kaum yang terzalimi, dihajar, ditekan, sehingga mendapat simpati publik untuk tujuan elektoral,” katanya.

Alih-alih membangun narasi dramatis yang mendiskreditkan aparat penegak hukum, Yoga beranggapan bahwa sebaiknya ruang politik nasional diisi dengan gagasan, ide hingga pemikiran yang konstruktif bagi peradaban bangsa

“Jangan dong dengan menebar narasi-narasi yang tidak produktif. Rakyat sudah cerdas atas peristiwa dan drama-drama politik. Tidak akan dibeli rakyat,” tuturnya.

Diketahui, beredar sebuah video di jejaring sosial WhatsApp, Senin (26/9/2022).

Dalam video tersebut Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Demokrat Andi Arief menyoroti soal adanya wacana pemilu 2024 yang hanya menyajikan dua pasangan calon presiden - wakil presiden.

Baca juga: Andi Arief Ungkap Utusan Jokowi Temui Gubernur Lukas Enembe Sebelum Ditetapkan KPK sebagai Tersangka

Wacana itu tersiar kata dia, setelah adanya rencana pembentukan koalisi dari berbagai partai politik termasuk Partai Demokrat.

Bahkan kata dia, Ketua Majelis Tinggi Partai (MTP) Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono juga sudah mendengar keluhan itu dari seluruh pimpinan partai politik kecuali PDIP.

"Silakan saja mau dimuat, muatlah, SBY bukan orang sembarangan. Informasinya kualitasnya dia cek satu per satu. Dia sudah ketemu semua pimpinan partai kecuali PDIP, Semua mengeluh. Dia sudah mendengar langsung skenario dua pasang. Lalu dia melakukan pengecekan kepada orang yang mendengar langsung dari mulutnya Pak Presiden (Jokowi). Pak Presiden hanya mau dua calon," kata Andi dalam video tersebut.

"Lalu dia melakukan pengecekan pada orang yang mendengar langsung dari mulutnya Pak Presiden. Pak Presiden hanya mau dua calon," sambungnya.

Dirinya juga turut menyinggung soal potensi Ketua DPR RI Puan Maharani yang akan maju sebagai calon presiden.

Kata Andi Arief, jika memang nantinya PDIP mencalonkan Puan Maharani sebagai Capres, sejatinya setiap pihak manapun berani untuk melawan Puan.

Sebab, setiap parpol merasa yakin menang jika harus berhadap dengan Ketua DPP PDIP tersebut.

Hanya saja, keberanian itu akan dikendalikan ketika lawan politik dari PDIP ditangkapi dan petinggi partai politik diancam.

Hal itu didasari karena adanya dugaan penggerakan penegak hukum meski tidak dijelaskan secara rinci apa maksud dari ungkapannya itu.

"Kalau sekarang misalkan yang disiapkan Puan Maharani, lha kan semua orang berani melawan Puan Maharani. Tetapi kalau ditangkap-tangkapin, pimpinan partainya diancam, ya itu yang tidak boleh," tuturnya.

"Kalau PDIP menawarkan Puan Maharani, hanya satu yang membuat Puan Maharani menang, semua ditangkapi aja. iya itu kan?" sambung Andi.

Ketua Bappilu Partai Demokrat Andi Arief usai diperiksa KPK dalam penyidikan kasus dugaan suap Bupati nonaktif Penajam Paser Utara Abdul Gafur Mas'ud, Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Senin (11/4/2022).
Ketua Bappilu Partai Demokrat Andi Arief usai diperiksa KPK dalam penyidikan kasus dugaan suap Bupati nonaktif Penajam Paser Utara Abdul Gafur Mas'ud, Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Senin (11/4/2022). (Ilham Rian Pratama)

Tak hanya itu, Andi juga turut menyinggung soal adanya sinyal dari beberapa partai politik yang akan mengusung Anies Baswedan sebagai Capres.

Kata dia, kemungkinan itu sulit terjadi, karena Gubenur DKI Jakarta tersebut dinyatakan Andi Arief akan dipenjara.

" 'Oh, Anies kan sebentar lagi masuk penjara.' Terus partai-partai lain di KIB apa segala, kalau enggak nurut, tinggal masuk penjara aja itu. Jahat bukan?" tukas nya.

Klarifikasi Andi Arief

Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Demokrat Andi Arief pun sudah mengklarifikasi terkait beredarnya video tersebut.

Menurut dia, video berdurasi 01.50 menit yang beredar itu bukanlah untuk konsumsi publik, melainkan hanya untuk internal Partai Demokrat.

"Sehubungan dengan beredarnya video wawancara saya, mohon untuk tidak dikutip. Pertama, itu buat internal," kata Andi Arief saat diklarifikasi Tribunnews.com, Senin (26/9/2022).

Tak hanya itu, Andi Arief juga menyatakan, kalau video yang beredar bukanlah format asli.

Melainkan, sudah ada beberapa part yang dihilangkan sehingga berpotensi menimbulkan kesalahpahaman.

"Kedua, ada beberapa bagian yang dipotong dan bisa membuat salah paham," ucap dia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas