Survei SMRC: Elektabilitas Ganjar dan Prabowo Cuma Beda 0,3 Persen Dalam Simulasi Head to Head
Suara Ganjar dan Prabowo sangat dekat dan tidak berbeda secara signifikan sehingga tidak bisa disimpulkan siapa yang lebih unggul.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Erik S
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Survei terbaru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan dalam simulasi head to head atau dua nama, Ganjar Pranowo mendapatkan dukungan 42,2 persen dan Prabowo Subianto 41,9 persen.
Sementara itu, dalam simulasi tiga nama, suara Anies Baswedan berada di bawah Ganjar dan Prabowo dengan selisih signifikan yakni 12 persen sampai 13%.
Baca juga: Ketika Ganjar Diserbu Warga dalam Car Free Day di Jember, Ada yang Minta Selfie Hingga Jabat Tangan
Direktur Riset SMRC Deni Irvani mengatakan suara Ganjar dan Prabowo sangat dekat dan tidak berbeda secara signifikan sehingga tidak bisa disimpulkan siapa yang lebih unggul.
Deni mengatakan bahwa dalam simulasi head to head tersebut Prabowo terlihat cenderung unggul atas Ganjar pada bulan Maret sampai April 2023.
Namun memasuki bulan Mei pasca deklarasi Ganjar oleh PDIP, kata dia, Ganjar mulai mengimbangi Prabowo.
Bahkan, lanjut dia, dalam simulasi di antara yang mengenal keduanya, Ganjar telah menyalip Prabowo.
Deni juga mengatakan bahwa dukungan pada bakal calon presiden tersebut diperkirakan masih akan dinamis, karena sejauh ini masih ada perbedaan tingkat pengenalan publik terhadap calon.
Baca juga: Simulasi Survei SMRC: Ganjar Kalahkan Prabowo Jika Head to Head
Saat ini, kata dia, Prabowo sudah dikenal oleh 94% atau hampir semua pemilh, sementara Ganjar baru dikenal 85%.
Hal tersebut disampaikannya di kanal YouTube SMRC TV pada Minggu (7/5/2023).
"Pada hari-H, dapat diasumsikan bahwa hampir semua pemilih akan tahu kedua tokoh tersebut," kata Deni dalam Siaran Pers SMRC pada Minggu (7/5/2023).
Pada kelompok pemilih yang tahu kedua tokoh, kata dia, Ganjar menjadi unggul atas Prabowo.
Ganjar, lanjut dia, mendapatkan dukungan 46,4% suara, sementara Prabowo 38,8%.
Sementara itu, lanjut dia, masih ada 14,8% yang belum menjawab.
Deni menjelaskan bahwa yang dimaksdu pemilih kritis adalah pemilih yang punya akses ke sumber-sumber informasi sosial-politik secara lebih baik karena mereka memiliki telepon atau cellphone sehingga bisa mengakses internet untuk mengetahui dan bersikap terhadap berita-berita sosial-politik.
Baca juga: Gerindra Tetap Tegas Jadikan Prabowo Bakal Capres 2024, Imbau Para Kader Tak Terlena Hasil Survei
Mereka, kata dia, umumnya adalah pemilih kelas menengah bawah ke kelas atas, lebih berpendidikan, dan cenderung tinggal di perkotaan.
Selain itu, lanjut dia, mereka juga cenderung lebih bisa memengaruhi opini kelompok pemilih di bawahnya.
Total pemilih kritis tersebut secara nasional diperkirakan mencapai 80%.
Pemilihan sampel dalam survei ini dilakukan melalui metode random digit dialing (RDD).
RDD adalah teknik memilih sampel melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak.
Baca juga: Prabowo Subianto Ungguli Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo sebagai Capres Versi Survei LSN Terbaru
Dengan teknik RDD sampel sebanyak 925 responden dipilih melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak, validasi, dan screening.
Margin of error survei diperkirakan kurang lebih 3,3% pada tingkat kepercayaan 95 persen, asumsi simple random sampling.
Wawancara dengan responden dilakukan lewat telepon oleh pewawancara yang dilatih.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.