Ramai-ramai Parpol Daftarkan Caleg Artis, Bagaimana Peluang di Pemilu 2024? Ini Analisa Pengamat
Pengamat politik menilai hingga kini didaftarkannya caleg artis oleh parpol masih digunakan sebagai mesin pendulang suara.
Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Suci BangunDS
TRIBUNNEWS.COM - Partai politik (parpol) ramai-ramai mendaftarkan caleg berlatarbelakang artis ke KPU untuk turut berkontestasi dalam Pemilu 2024.
Hingga kini, beberapa partai seperti PDIP, PAN, hingga PSI telah mendaftarkan caleg artis.
Contohnya, dari PDIP, beberapa artis yang berstatus incumbent seperti Rano Karno, Krisdayanti, dan Rieke Diah Pitaloka turut didaftarkan.
Sementara PAN mendaftarkan caleg artis seperti Desy Ratnasari, Eko Patrio, hingga Verrel Bramasta.
Baca juga: Daftar Caleg Artis yang Diajukan PKS, PDIP, PAN, PSI, dan Perindo di Pemilu 2024
Sedangkan, PSI telah mendaftarkan eks keyboardist Kerispatih, Badai dan ketua umum-nya yaitu Giring Ganesha.
Lalu, bagaimanakah peluang para caleg artis ini dalam berkontestasi dalam Pemilu 2024 mendatang?
Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin, mengungkapkan para caleg artis tersebut hingga saat ini masih dianggap sebagai pendulang suara dari partai saja.
Ujang menganggap, hingga kini diusungnya artis sebagai caleg adalah suatu kebutuhan yang harus dilakukan parpol demi kemenangan dalam Pemilu 2024 mendatang.
"Ya, artis digunakan sebagai magnet atau vote getter atau pendulang suara dalam Pileg. Itu sudah bukan rahasia umum, sudah menjadi hal biasa saja dalam partai politik," ujarnya saat dihubungi Tribunnews.com, Jumat (12/5/2023).
Kendati demikian, Ujang mengatakan untuk memenangkan Pileg 2024 mendatang, faktor popularitas dari caleg artis tidak dapat dijadikan tolak ukur utama untuk saat ini.
Baca juga: Profil Pinka Hapsari, Putri Puan Maharani Jadi Caleg DPR dari PDIP, Lulusan Universitas di Inggris
Menurutnya, faktor di luar kepopuleran seperti elektabilitas turut menjadi faktor keterpilihan dari caleg artis itu sendiri.
"Tetapi persoalan masuk legislatif, atau nyalon belum tentu menang. Kan ada faktor popularitas dan elektabilitas. Populer itu belum tentu dipilih, terkenal itu belum tentu dicoblos oleh pemilih."
"Tapi kalau dia memiliki elektabilitas yang tinggi, artis itu baru dipilih. Maka banyak artis kalah atau 'tewas' karena hanya mengandalkan popularitas," katanya.
Selain itu, Ujang menilai adanya caleg artis yang tidak dapat masuk ke parlemen lantaran hanya menggunakan popularitasnya sebagai 'senjata utama'.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.