Dukungan Budiman Sudjatmiko ke Prabowo, Adi Prayitno: Biasanya Ada Faktor Internal
biasanya membelotnya kader dari arahan partai jelang pemilu dikarenakan tak lagi jadi pengurus kunci di partainya.
Penulis: Rahmat Fajar Nugraha
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai soal dukungan kader PDIP Budiman Sudjatmiko ke Prabowo merupakan hal yang bisa jelang pemilu.
Kemudian dikatakan Adi biasanya membelotnya kader dari arahan partai jelang pemilu dikarenakan tak lagi jadi pengurus kunci di partainya.
"Saya kira hanya Budiman dan Tuhan yang tahu alasan mendukung Prabowo Subianto. Tapi biasanya fenomena seperti Budiman ini kan perkara biasa jelang Pilpres," kata Adi dihubungi Minggu (20/8/2023).
"Biasanya ada faktor internal, misalnya soal pencalegan atau juga karena sudah tidak lagi jadi pengurus kunci, tidak jadi pengurus penting di partainya PDIP," sambungnya.
Ia melanjutkan jadi Budiman mencoba untuk mencari pelabuhan politik baru seperti mendukung Prabowo itu kan perkara biasa.
"Beberapa waktu yang lalu misalnya ada politisi Golkar pindah ke Gerindra, Pak Dedi Mulyadi. Kemudian juga banyak sejumlah politisi Nasdem misalnya pindah gara-gara deklarasi Anies, itu perkara biasa," jelasnya.
Diberitakan Kompas.com politikus PDI-P, Budiman Sujatmiko menjelaskan alasannya tidak mendukung Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden (bacapres).
Seperti diketahui, Budiman menyatakan dukungannya untuk Bacapres Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Prabowo dan Budiman telah resmi mendeklarasikan relawan Prabowo-Budiman Bersatu (Prabu) pada Jumat (18/8/2023) di Marina Convention Center, Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng).
"Indonesia butuh kepemimpinan yang strategik. Pak Ganjar baik, bukan buruk ya. Tapi Indonesia butuh kepemimpinan yang strategik untuk hari ini," jelas Budiman saat ditanya alasannya tak mendukung Ganjar Pranowo meski sesama kader PDI Perjuangan.
Menurutnya, ke depan Indonesia butuh pemimpin yang bisa melihat keadaan global seperti kondisi ekonomi, teknologi, perang dan masalah-masalah lainnya.
"Kita butuh kepemimpinan yang punya visi misi jangka panjang yang bisa menyelesaikan masalah kerakyatan," ujar dia.