Denny JA Nilai Membatasi Usia Capres Adalah Kesalahan
Denny JA menilai ada tiga kesalahan jika gugatan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 (UU Pemilu) mengenai batas usia capres dan cawapres maksimal 70 tahu
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menilai ada tiga kesalahan jika gugatan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 (UU Pemilu) mengenai batas usia capres dan cawapres maksimal 70 tahun dikabulkan oleh Mahkamah Konstitusi (MK).
Hal itu disampaikannya menanggapi marak soal munculnya gugatan ke Mahkamah Konstitusi agar usia capres dan cawapres maksimal 65 tahun.
Di mana, mereka yang lebih dari 65 tahun, dilarang menjadi capres dan cawapres.
"Kesalahan pertama pembatasan maksimal usia capres- cawapres 65 tahun mengabaikan fakta sejarah. Ada contoh nyata presiden yang usianya di atas 65 tahun justru menjadi ikon dunia, seperti kasus Nelson Mandela di atas," kata Denny JA, Kamis (24/8/2023).
Dia pun menilai, Nelson Mandela dihormati sebagai simbol perjuangan anti diskriminasi rasial tingkat dunia. Terlebih, sejak tahun 2009, PBB menjadikan hari ulang tahunnya (18 Juli) sebagai hari internasional: Mandela’s Day.
Selain itu, UNESCO menulis 'Kami merayakan Hari Internasional Nelson Mandela setiap tahun untuk menyoroti warisan seorang pria yang mengubah abad ke-20 dan membantu membentuk abad ke-21'.
Denny menuturkan, Mandela lahir di tahun 1918. Pada tahun 1994, ia terpilih sebagai Presiden Kulit Hitam Pertama di Afrika Selatan. Saat pertama kali menjadi presiden, diusianya 76 tahun.
"Apa jadinya jika ada aturan di sana bahwa batas maksimal menjadi calon presiden 65 tahun. Dunia tak akan pernah memiliki riwayat legenda Nelson Mandela menjadi presiden," ucapnya.
Dia pun menyebut, Nelson Mandela dicatat sejarah berhasil dan menjadi presiden dengan prestasi besar di Afrika Selatan. Mandela juga melahirkan beberapa kontribusi positif sebagai pemimpin negara melalui transisi damai dari apartheid ke demokrasi.
Selain itu, Mandela mempromosikan rekonsiliasi dan pengampunan ras. Mandela juga meningkatkan taraf hidup warga kulit hitam Afrika Selatan melalui pendidikan, layanan kesehatan, dan pembangunan ekonomi.
Ia memperkuat perekonomian negara dan posisi internasional Afrika Selatan.
"Mandela menjadi ikon global perdamaian dan kebebasan," ucap Denny.
Denny mengatakan, usia Mandela bukanlah penghalang keberhasilannya sebagai presiden. Dia berusia 76 tahun ketika terpilih, namun dia tetap tampil seorang pemimpin yang kuat, bijaksana dan berpengalaman.