Kronologi Cak Imin Keluar dari Koalisi Prabowo hingga Ambisi PKB Ingin Tetap Nyalon di 2024
Kronologi Cak Imin hengkang dari koalisinya bersama Partai Gerindra dan memilih Anies Baswedan jadi pasangan calon presidennya.
Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin membongkar alasan dirinya keluar dari koalisinya bareng Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Dijelaskan Cak Imin, muncul perasaan yang bergejolak saat dirinya mengetahui kabar koalisi yang ia bentuk dengan Prabowo, Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) tiba-tiba diubah menjadi Koalisi Indonesia Maju, tanpa sepengetahuannya.
Selain itu, ia juga mendapat kabar bahwa dirinya batal dipilih menjadi Cawapres mendampingi Prabowo.
Kabar itu membuat Cak Imin gusar dan memilih untuk mengakhiri hubungan koalisinya dengan Prabowo.
Hingga ia akhirnya memilih Partai NasDem sebagai rekan koalisinya untuk sama-sama mengusung Anies Baswedan.
Baca juga: Muhaimin Bakal Libatkan Purnawirawan TNI-Polri Jadi Tim Pemenangan Anies-Cak Imin di Pilpres 2024
Tawaran dari NasDem itu diterima Cak Imin lantaran memberikan dirinya ruang untuk maju sebagai Cawapres.
Adapun kronologi ia hengkang dari koalisinya bersama Partai Gerindra dijelaskan berikut ini.
Kronologi Cak Imin Hengkang
Sebagaimana diketahui, selain PKB, ada dua partai yang juga bergabung ke koalisi KKIR, yakni Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Golkar.
Pada Senin (28/8/2023) tepatnya di Ulang Tahun PAN yang juga dihadiri para ketua umum partai, tiba-tiba KKIR diubah menjadi Koalisi Indonesia Maju.
"Nah teman-teman (PKB) yang rakornas mendengar (kabar tersebut) dan menyatakan KKIR selesai."
"Kesimpulannya bahwa akhirnya koalisi khusus bersama Prabowo-Muhaimin bisa dikatakan berakhir, bahkan saya feeling aja, ketemu salah satu ketua umum di koalisi kami dulu, lalu saya bilang ini kayaknya tanda-tandanya yang akan dijadikan Wapres Pak Prabowo ini bukan Ketua Umum PKB ini," ungkap Cak Imin saat di Ponpes Al-Aqobah Tebuireng, Jawa Timur, Minggu (10/9/2023) dikutip dari Kompas Tv.
Dulu, kata Cak Imin, memang Gerindra dan PKB sama-sama membutuhkan rekan koalisi.
Namun, saat PAN dan Partai Golkar bergabung, maka sebenarnya koalisi mampu tanpa PKB.
"Dulu kita sepakat bersama Gerindra dan PKB sama-sama butuh Pak Prabowo butuh 20 persen, PKB butuh 20 persen, Pak Prabowo butuh calon wakil presiden kita butuh calon presiden, kita saling melengkapi."
"Tapi ternyata setelah ada banyak partai yang bergabung, kemudian terlihat ada perubahan yang saling mengisi, (justru) menjadi bubar," lanjut Cak Imin.
Menurutnya, langkah PKB yang memilih pisah dari Gerindra dan koalisinya itu adalah takdir.
Baca juga: PBNU Nyatakan Tak Berpolitik Praktis, Cak Imin: Kami Jalan Sesuai Kekuatan PKB Sendiri
"Itu namanya takdir, begitu pulang dalam rakornas teman-teman seluruh Indonesia menyatakan bahwa Ketua Umum dan PKB harus mengambil langkah cepat dan tepat sehingga PKB tetap bisa menjadi calon presiden dan wakil presiden tahun 2024."
"Ketika penugasan baru dalam waktu cepat mengambil langkah itulah, tiba-tiba Pak Surya Paloh mengajak pertemuan makan malam," ujar Cak Imin.
Cak Imin beranggapan bahwa makan malam itu adalah ajakan untuk penjajakan, namun ternyata langsung pinangan untuk menjadi Cawapres.
"Saya mengira pertemuan ini penjajakan, namanya seperti juga perjodohan ada proses yang namanya saling bertanya dan saling melihat peluang dan kemungkinan, tetapi di pertemuan itu diskusinya panjang lebar, kesimpulannya NasDem punya Capres, PKB punya Cawapres."
"Saya ditanya, targetnya calon presiden, tapi NasDem sudah punya calon presiden, PKB mau nggak calon wakil presiden kalau mau sekarang juga salaman, kalau nggak mau kita tidak usah ketemu lagi sampai nanti akhir pemilu," kata Cak Imin yang menirukan ajakan Surya Paloh.
Baca juga: Relawan Anies-Cak Imin: Kami Targetkan 40 Persen Suara untuk Pasangan AMIN di Bali
Cak Imin yang mendapatkan tawaran itu meminta waktu untuk menemui para kyai untuk meminta pendapat.
Dua hari setelahnya, PKB pun sepakat begabung ke Partai NasDem bersama Surya Paloh untuk mengusung Anies Baswedan.
"Akhirnya saya telepon para Dewan Syuro, bahkan saya sempat mengumpulkan beberapa Kyai sepuh yang ada di Jakarta, kemudian Pak Halim langsung pulang ke Jawa Timur pagi-pagi untuk keliling ke kyai sepuh di Jawa Timur, kabari hasilnya maksimal jam 17.00 WIB sore soal respon kyai."
"Akhirnya kita mendapat kabar Alhamdulillah rata-rata semua para Kyai bersepakat, dan tanggal 30 Agustus 2023 (menerima tawaran tersebut)," ungkap Cak Imin.
Karena bagaimana pun, kata Cak Imin, PKB harus bisa masuk menjadi salah satu Capres atau Cawapres di Pemilu 2024.
"PKB, tidak ada jalan lain, apapun yang terjadi harus nyalon tahun 2024," tegas Cak Imin.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.