Perludem: Pendekatan Gimmick dalam Kampanye Bikin Demokrasi Mundur
Titi menekankan, pentingnya satu suara dalam kontestasi pemilihan pemimpin itu, sehingga diharapkan pemilih dapat mempertimbangkan secara matang
Penulis: Ibriza Fasti Ifhami
Editor: Acos Abdul Qodir
Laporan wartawan Tribunnews, Ibriza Fasti Ifhami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembina Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Titi Anggraini menyoroti penggunaan pendekatan gimmick oleh paslon pada Pilpres 2024.
Titi mulanya mengatakan, pemilih dalam pemilu seharusnya dapat membuat keputusan soal siapa pemimpin pilihannya berdasarkan informasi-informasi yang kredibel.
Ia menegaskan, jangan sampai pemilih terkecoh dengan hal-hal yang bersifat gimmick para calon pemimpin.
"Pemilih yang berdaya yang memuat keputusan berdasarkan info yang kredibel," kata Titi, dalam diskusi publik berjudul 'Ancaman Politik, Netralitas Penyelenggara Pemilu dan Politisasi Sosial', di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FH UI), Depok, Jawa Barat, Senin (11/12/2023).
Titi menekankan, pentingnya satu suara dalam kontestasi pemilihan pemimpin itu, sehingga diharapkan pemilih dapat mempertimbangkan secara matang pilihannya bukan karena gimmick politisi yang menghibur.
Kalaupun gimmick tersebut nyatanya berlaku menarik suara, kata akademisi FH UI itu, hal tersebut dapat menjadi kemunduran besar dalam demokrasi Indonesia.
"Kalau pemilihnya terkecoh dengan aksesoris, hal-hal yang sifatnya gimmick, hiburan, kebayang enggak sih satu orang, satu suara, satu nilai?" tanya Titi.
"Suara kita yang bernilai itu hanya didekati dengan hal-hal yang entertaining, yang menghibur sesaat. Bagi saya sih kemunduran besar kalau pendekatannya seperti itu," sambungnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.