Beda Strategi Prabowo dan Ganjar soal Kembangkan UMKM: Hilirisasi vs Akses Modal hingga Pendampingan
Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo memiliki strategi berbeda dalam menangani UMKM apabila terpilih sebagai presiden pada Pilpres 2024.
Penulis: Muhamad Deni Setiawan
Editor: Febri Prasetyo

"Ketika dia tau persis di situ, maka asesmen dilakukan dengan pemerintah."
"Di situlah kemudian nanti dia akan perlu pelatihan [dan] fasilitas macam-macam," terangnya dalam acara Dialog Capres Bersama Kadin di Jakarta, Kamis (11/1/2024).
Setelah memiliki product knowledge, pelaku UMKM mesti diberikan akses permodalan
Strategi berikutnya adalah pelaku UMKM ini harus diberi akses permodalan. Ia menyinggung kredit usaha rakyat (KUR).
Suami Siti Atikoh ini lantas menceritakan keberhasilannya saat menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah (Jateng) dengan mematok suku bunga KUR sebesar tujuh persen.
Kala itu dia mengaku pernah mendapat masukan mengenai suku bunga bank yang tinggi sekali. Hal itu tak mampu dijangkau oleh pelaku UMKM.

"Lalu, saya panggil sebagai pemilik bank, waktu itu Bank Jateng. 'Coba konsultasi sama OJK, berapa suku bunga terendah yang bisa kita tentukan,'" ungkapnya.
"Mau ekstrem? enam persen, Pak. Kalau agak sedikit moderat tujuh persen," kata Ganjar menirukan jawaban yang dia terima.
"Oke, tujuh persen kita laksanakan besok," ujar Ganjar lagi menirukan perkataannya waktu itu.
Setelah akses permodalan diperoleh, langkah selanjutnya ialah pendampingan.
Ganjar kembali menceritakan kesuksesannya ketika menjabat sebagai Gubernur Jateng.
Saat itu dia berhasil melobi para duta besar untuk membawa produk UMKM Jawa Tengah ke kancah dunia.
Menurut kisahnya, dia sampai menghubungi secara langsung para duta besar untuk membawa produk UMKM Jawa Tengah ke masyarakat internasional.
Hasilnya, ada dua negara yang tertarik. Jepang dan Prancis berminat terhadap produk UMKM Jateng.
"Akhirnya Jepang (tertarik). Kita jualan. Jepang minta, 'Saya mau segala produknya, tapi tolong dikurasi dulu terus kami akan seleksi'. Akhirnya masuk yang makanan."
"Di Prancis tidak (sama dengan Jepang). Yang Prancis ini macam-macam bisa masuk. Saya punya teman Prancis akhirnya diambil dan kemudian sudah repeat order," ungkapnya.
(Tribunnews.com/Deni/Endrapta Ibrahim Pramudhiaz)
Artikel ini merupakan bagian dari inisiatif Lokal Asri yang berfokus pada lokalisasi nilai-nilai tujuan pembangunan berkelanjutan. Pelajari selengkapnya!
A member of

Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.