Jasa Maruarar Sirait ke PDIP hingga Pernah Pasang Badan untuk Megawati, Selanjutnya 'Terbuang'
Dan puncaknya pada Pemilu 2019, PDIP memindahkan daerah pemilihan (dapil) Ara dari Dapil Jabar IX ke Jabar III yang merupakan bukan basis massa
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Acos Abdul Qodir
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dunia politik tanah air dikejutkan dengan keputusan Maruara Sirait mundur dari Partai Demokrat Indonesia Perjuangan ( PDIP) pada Senin (15/1/2024).
Pria yang akrab disapa Ara tersebut mengatakan, sudah bertemu dan menyerahkan surat pengunduran diri daripartai kepada Wakil Bendahara Umum DPP PDIP, Rudianto Tjen dan Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PDIP, Utut Adianto, di Kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta, kemarin.
Ara mengaku alasan utama dirinya keluar dari PDIP yakni ingin mengikuti langkah Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Saya memilih untuk mengikuti langkah Pak Jokowi, karena saya percaya Pak Jokowi adalah pemimpin yang sangat didukung oleh rakyat Indonesia, kepercayaan publiknya, approval ratingnya 75-80 persen," ujar Ara usai menemui pengurus partai di kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta, kemarin.
Ia mencotohkan beberapa langkah Presiden Jokowi membasmi radikalisme, perjuangan menjadikan pemerintah Indonesia jadi pemegang saham mayoritas Freeport hingga memindahkan ibu kota ke Kalimantan demi pemerataan di luar Pulau Jawa.
"Jadi, saya memilih bersama dengan Bapak Jokowi dalam pilihan politik saya berikutnya ke depan. Mohon doa restunya," ucapnya.
Baca juga: Profil Sederet Kader PDI Perjuangan yang Hengkang, Ada yang Ikut Jokowi hingga Dukung Prabowo
Meski begitu, pengunduran diri Ara dari PDIP mendapat reaksi berbeda dari koleganya di partai besutan ketua umum Megawati Soekarnoputri, termasuk dari calon presiden usungan PDIP, Ganjar Pranowo.
Ganjar mengaku tidak kaget dengan pengunduruan diri Ara dari PDIP. Begitu juga pengakuan Ara soal alasan mundur dari PDIP karena ingin mengikuti Jokowi.
Menurut Ganjar, tanda-tanda Ara bakal mundur sudah terlihat saat Ara justru mengenakan outfit capres lawan saat debat capres beberapa waktu.
"Kalau Ara (Maruarar) memang dekat dengan Pak Jokowi. Kalau saya menduga mereka mungkin akan mendukung kelompoknya Pak Jokowi. Karena waktu debat kemarin, anaknya sudah ikut pakai bajunya dan di kelompok sebelah," ujar Ganjar di Kantor DPC PDIP Batang, Jawa Tengah, hari ini.
Baca juga: MK Tolak Uji Formil Batas Usia Capres-cawapres dari Denny Indrayana, Pengacara: Bakal jadi Bom Waktu
Ganjar tak mempermasalahkan sikap politik Maruarar yang berubah. Menurut Ganjar, pindah dukungan merupakan hak setiap orang.
Lalu, seperti apa rekam jejak hingga jasa seorang Maruarar Sirait ke PDIP sebelum akhirnya memilih keluar dari partai tersebut?
Putra Pendiri PDIP
Maruarar Sirait biasa disapa Ara merupakan politikus kelahiran Medan, 23 Desember 1969.
Ia merupakan anak dari pasangan Suami Istri Sabam Sirait dan Sondang Boru Sidabutar.
Ayahanda Ara, yakni Sabam Sirait merupakan seorang politikus senior yang telah berpolitik selama tujuh masa presiden Indonesia.
Sabam Sirait juga merupakan salah seorang pendiri PDIP.
Selain itu, Sabam juga pernah menjadi Sekjen PDI Perjuangan selama 13 tahun, anggota DPR RI selama tujuh periode, serta anggota DPA RI selama dua periode. Selain itu, Sabam juga pernah menjabat sebagai anggota DPD RI.
Meski lahir di Medan, Ara justru tumbuh besar di Jakarta. Ia menghabiskan masa sekolah sejak SD sampai SMA di Jakarta. Dan selanjutnya ia menempuh pendidikan di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung
Tiga Kali Pileg Sumbang Suara untuk PDIP dan Vokal di Senayan
Maruarar Sirait sudah aktif mengasah kemampuan politiknya di Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI). Dia juga aktif sebagai anggota Resimen Mahasiswa (Menwa) kampus tersebut.
Selepas kuliah atau tepatnya pada 1999, ia bergabung ke PDIP dan dikenal sebagai sosok yang kritis dan dinamis.
Maraurar Sirait tercatat tiga periode sebagai anggota DPR RI dari PDIP yakni periode 2004-2009, 2009-2014, dan 2014-2019, melalui Dapil Jabar IX mencakup Kabupaten Subang, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Sumedang. Namun tiba-tiba pada Pemilu 2019, Ara dipindah ke Dapil Jabar III mencakup Kabupaten Cianjur dan Kota Bogor.
Alhasil, Ara gagal kembali ke Senayan.
Selama 10 tahun terakhir, peran Ara sendiri di PDIP kurang mendapat tempat. Ara tidak punya posisi lagi di struktural DPP PDIP
Dan puncaknya pada Pemilu 2019, PDIP memindahkan daerah pemilihan (dapil) Ara dari Dapil Jabar IX ke Jabar III yang merupakan bukan basis massa konstituennya.
Baca juga: Temuan Pungli Rp 6,1 Miliar di Rutan KPK, DPR: Sangat Menyedihkan
Selama tiga periode menjadi Wakil rakyat di Senayan, Ara terbilang polisitikus PDIP yang cukup vokal, termasuk saat menjadi anggota Panitia Khusus (Pansus) Hak Angket Bank Century DPR RI. Selain itu, ia pernah menjabat sebagai anggota Komisi X DPR RI yang membidangi keuangan dan perbankan.
Selain di Senayan, Ara juga pernah didaulat sebagai Ketua DPP Bidang Pemuda, Mahasiswa, dan Olahraga PDI Perjuangan masa bakti 2005-2010. Dalam tugasnya, Ara menginisiasi didirikannya Taruna Merah Putih (TMP), organisasi sayap PDI Perjuangan di bidang kepemudaan pada 2005.
Pasang Badan untuk Megawati Soekarnoputri
Maruarar Sirait terbilang memiliki loyalitas tinggi terhadap partainya, PDIP. Bahkan, ia pernah "pasang badan" untuk Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang dipolisikan atas tuduhan penistaan agama.
Aliansi Anak Bangsa Gerakan Anti Penodaan Agama melaporkan Megawati Soekarnoputri ke Bareskrim Mabes Polri, pada 23 Januari 2016. Pelapor atas nama Baharuzaman selaku humas LSM tersebut sekaligus mantan Ketua Front Pembela Islam (FPI) Jakarta Utara.
"Kita kan negara hukum, ya kita menghormati hukum sebagai Panglima. Tentu kita sebagai kader PDIP, ketua umum kita, kita pasti bela," kata dia saat berada di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Rabu, 25 Januari 2016.
Ara meyakini seorang Megawati tidak mungkin melakukan penistaan agama sebagaimana dituduhkan.
"Saya yakin, ibu Mega sudah sangat teruji ideologinya, leadershipnya. Sebagai kader PDIP kita akan membela ibu Mega sesuai dengan aturan hukum yang ada. Secara organisasi maupun sebagai pribadi kita akan bela," tandasnya.
Gagal jadi Menteri dan Tak Dapat Jabatan di PDIP
Selain gagal kembali ke Senayan diduga karena pemindahan dapil, Ara lebih dulu merasakan kegagalan pada 2014.
Yah, Ara yang semula akan diplot menjadi Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) di Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo, justru gagal dilantik.
Padahal, pada hari pelantikan di Istana Presiden, Ara sudah mengenakan kemeja putih.
Ara sendiri salah satu aktor penting yang menggerakkan mesin pemenangan Jokowi. Namun, Jokowi tidak jadi melantik Ara karena tak mendapat rekomendasi dari PDIP.
Baca juga: Pengamat Politik: Bukan Hal Mengejutkan Jika Paslon 1 dan 3 Bergabung di Putaran Kedua Pilpres 2024
Sebelum akhirnya mengundurkan diri dari PDIP, Ara sendiri tidak mempunyai jabatan khusus di DPP PDIP.
Ara justru lebih banyak melakukan kegiatan bidang olahraga, khususnya sepakbola dengan ditunjuk menjadi Steering Committee (SC) Piala Presiden tahun 2016, 2017, dan 2018.
Dia juga tercatat sebagai salah satu anggota Dewan Penasihat Pengurus Pusat PBSI 2020-2024.
Dan pada September 2023, ia mendapatkan tugas sebagai Ketua Satuan Tugas (Satgas) Anti Mafia Bola dari Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Erick Thohir.
Selain itu, Ara juga aktif sebagai pengusaha dan Komisaris Utama PT Potenza Sinergi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.