Pengamat Politik: Bukan Hal Mengejutkan Jika Paslon 1 dan 3 Bergabung di Putaran Kedua Pilpres 2024
Pengamat politik Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin menyebut secara psikologi bukan hal yang mengejutkan jika paslon nomor urut 1 dan 3 bergabung.
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Bobby Wiratama
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wacana bergabungnya koalisi pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 1 Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar, dengan nomor urut 3 Ganjar Pranowo - Mahfud MD untuk putaran kedua Pilpres 2024, belakangan santer terdengar.
Apalagi kedua kubu juga sama-sama melontarkan satu pemahaman soal isu dugaan intimidasi di tengah masyarakat.
Pengamat politik Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin menyebut secara psikologi bukan hal yang mengejutkan jika paslon nomor urut 1 dan 3 bergabung.
Sebab paling tidak terdapat 2 kondisi wacana itu menjadi kenyataan. Pertama, elektabilitas Prabowo - Gibran terus berada di puncak.
"Secara psikologi memang seperti itu, kenapa karena Prabowo - Gibran surveinya paling tinggi, dan mengalahkan pasangan 1 dan 3," kata Ujang kepada Tribunnews.com, Selasa (16/1/2024).
"Maka seandainya di putaran kedua mereka bergabung, maka itu sesuatu yang umum, bukan aneh. Karena secara politik pasangan 1 dan 3 tertinggal elektabilitasnya," lanjut dia.
Kondisi kedua, yakni adanya kepentingan yang mirip-mirip antara paslon 1 dan 3. Misalnya dengan tendensi dukungan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada Prabowo - Gibran, sehingga kubu paslon 1 dan 3 sama-sama ingin mengalahkan kekuatan tersebut.
Sehingga menurut Ujang, secara konstruksi politik, tidak ada yang aneh dan mengejutkan dari wacana meleburnya 2 koalisi parpol pada putaran kedua nanti.
"Lalu kepentingannya mirip - mirip. Katakanlah mengalahkan Jokowi di mana Jokowi mendukung Prabowo - Gibran, di saat yang sama mengalahkan elektabilitasnya Prabowo - Gibran yang naik," jelas dia.
Baca juga: Butuh Dana Kampanye yang Besar, Caleg di Bondowoso Jatim Ini Berencana Jual Ginjal: Kebutuhan Besar
Namun Ujang mengingatkan bahwa politik merupakan ranah yang amat dinamis, bergantung pada kepentingan apa yang dibawa dan disepakati.
"Tetapi jangan lupa politik itu dinamis, berubah, tergantung kepentingannya. Jadi di ujung kalau kepentingannya sama ya bergabung. Tapi kalau kepentingannya berbeda 1 dan 3 tidak akan bergabung," pungkas Ujang.