Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cegah Kecurangan Pemilu, Gerakan Publik Dianggap Normal

Masyarakat wajib ikut serta berperan mengawal berlangsungnya Pemilu damai sesuai aturan termasuk soal kecurangan Pemilu

Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
zoom-in Cegah Kecurangan Pemilu, Gerakan Publik Dianggap Normal
WARTAKOTA/YULIANTO
Petugas Gabungan dari Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) menata kotak suara di Aula Gedung Dinas Kebersihan dan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (19/12/2023). KPU Jakarta Timur mulai mendistribusikan logistik Pemilu 2024 berupa kotak suara dan bilik suara sebanyak 2.600 buah untuk 5 Kelurahan Kramat Jati, Jakarta Timur. (Warta Kota/Yulianto) 

TRIBUNNEWS.COM - Masyarakat wajib ikut serta berperan mengawal berlangsungnya Pemilu damai sesuai aturan pada 10 Februari 2024 mendatang.

Termasuk untuk menghindari adanya kecurangan Pemilu.

Peneliti Senior Politik BRIN, Prof Lili Romli mengatakan, kritik penyelenggaraan pemilu termasuk sikap presiden yang cenderung mengintervensi, jangan dianggap sebagai angin lalu.

“Presiden harus benar-benar berlaku adil, tidak boleh memihak dan diskriminatif,” kata Prof Lili.

Keprihatinan akan situasi penyelenggaraan pemilu yang jauh dari Jurdil, kental akan intervensi disoroti oleh sejumlah tokoh nasional dan agama yang tergabung dengan nama Gerakan Nurani Bangsa (GNB).

“Saya kira, bisa mewakili keprihatinan publik terhadap penyelenggaraan pemilu sekarang, yang ditengarai ada intervensi presiden. Keprihatinan itu perlu direspon oleh presiden, jangan sampai dianggap angin lalu saja,” sebut Lili.

Tokoh dan masyarakat tidak diam, karena itu Presiden juga diminta peka dan mendengar.

Berita Rekomendasi

"Dengan adanya pernyataan, berarti memang sedang ada tanda-tanda bahwa presiden sudah tidak netral lagi. Pernyataan itu juga menjadi warning bagi presiden agar jangan cawe-cawe dalam pilpres ini," tegas Prof Lili.

Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Khairunnisa Nur Agustyati menilai kemunculan berbagai gerakan publik untuk Pemilu 2024 menandakan besarnya harapan publik untuk pemilu yang beretika dan taat asas.

"Saya rasa wajar jika banyak inisiatif publik untuk mengawal jalannya proses pemilu. Inisiatif ini muncul karena publik tidak ingin proses pemilu ini berjalan tidak sesuai dengan prinsip pemilu demokratis," terangnya.

Beberapa saat lalu, muncul GNB yang dimotori para tokoh bangsa muncul untuk menyerukan politik beretika. Di sisi lain, muncul ajakan ke publik untuk mengawal pemilu lewat aplikasi seperti Jaga Pemilu, Jaga Suara 2024.

Baca juga: 21 Pidana Pemilu di Seluruh Indonesia Dilimpahkan ke Polri, Ada 6 Kasus Politik Uang

Khairunnisa mengungkapkan situasi dan kondisi saat ini juga memicu munculnya gerakan publik untuk pemilu. Kekecewaan sekaligus harapan menjadi kesadaran bersama untuk bergerak mengawal pemilu.

"Karena menjelang pemilu ini sudah muncul narasi-narasi agar pemilu tidak curang dan menjaga netralitas pemilu. Beberapa pemberitaan di media juga muncul adanya kecurangan-kecurangan, ada juga kekecewaan masyarakat terhadap lambannya penanganan laporan kecurangan di bawaslu (Badan Pengawas Pemilu). Situasi ini yang memunculkan inisiatif warga," tegas sosok yang akrab disapa Ninis itu.

Di sisi lain, Ninis juga mengungkap bahwa gerakan masyarakat akan menjadi pencegah dari potensi kecurangan pemilu.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas