Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Luhut Ragukan Intelektualitas Tom Lembong karena Sebut Harga Nikel Dunia Anjlok

Luhut mengkritik keras pernyataan tersebut dengan meminta Tom untuk melihat data panjang dari harga nikel selama 10 tahun terkahir.

Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Luhut Ragukan Intelektualitas Tom Lembong karena Sebut Harga Nikel Dunia Anjlok
Tribunnews.com/Fahmi Ramadhan
Menteri Koordinator (Menko) Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meragukan intekeltualitas dari Thomas Lembong atau Tom Lembong karena menyebut harga nikel dunia sedang anjlok.

Diketahui, Co-Captain Timnas Pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) itu pernah mengatakan, turunnya harga nikel dunia ini salah satunya dinilai karena dunia "kebanjiran" pasokan nikel RI.

Baca juga: Sentilan Bahlil ke Tom Lembong: Bohongi Masyarakat Hingga Wariskan Investasi Mangkrak Rp708 Triliun

Ia menyebut, anjloknya harga nikel saat ini dikarenakan hilirisasi nikel di Indonesia yang ugal-ugalan.

Luhut mengkritik keras pernyataan tersebut dengan meminta Tom untuk melihat data panjang dari harga nikel selama 10 tahun terkahir.

"Anda perlu lihat data panjang 10 tahun. Kan anda pebisnis juga. Siklus dari komoditi itu naik (atau) turun. Apakah itu batu bara, nikel, emas, apa saja," kata Luhut dalam video yang ia unggah di akun Instagramnya, @luhut.pandjaitan, dikutip Kamis (25/1/2024).

Ia mengatakan, untuk komoditas nikel, kalau dilihat selama 10 tahun terakhir ini, harga nikel dunia itu ada di angka sekitar 15 ribu dolar Amerika Serikat (AS) per ton.

BERITA REKOMENDASI

Angka itu mengalami kenaikan sejak pada 2014-2019, periode di mana pemerintah RI mulai melakukan hilirisasi, harga rata-rata nikel saat itu hanya 12 ribu dolar AS per ton.

"Jadi saya enggak ngerti bagaimana Tom Lembong memberikan statement seperti ini. Bagaimana anda memberikan advise (nasihat) bohong kepada calon pemimpin yang anda dukung? Saya sedih lihat anda," ujar Luhut.

"Artinya, intelektual anda menurut saya jadi saya ragukan. Oke anda memang betul seorang intelektual, tapi karakter anda menurut saya enggak bagus," lanjutnya.

Baca juga: Populer Nasional: Mahfud MD akan Mundur dari Menko Polhukam - Budiman Respons Pernyataan Tom Lembong

Luhut kemudian mengungkap perilaku Tom Lembong ini bahkan sampai mendapat sorotan dari cucunya sendiri.

Cucu dari Luhut ini mempertanyakan bagaimana Tom Lembong, seorang mantan menteri, kini malah menjelekkan pemerintahannya sendiri.


"Cucu saya saja komentar yang di Georgetown, waktu anda (Tom Lembong) bicara di Washington DC dua minggu lalu," ungkap Luhut.

"Bagaimana opung, ada suatu mantan menteri yang bicara menjelekkan pemerintahnya sendiri, di mana pada waktu lalu dia bekerja di situ. What kind of personality (is) this, opung?" kata Luhut menirukan perkataan cucunya.

Luhut Minta Tom Mengerti

Luhut pun meminta Tom untuk mengerti bila harga nikel terlalu tinggi akan menimbulkan dampak yang sangat berbahaya.

Ia berkaca pada kasus cobalt. Tiga tahun lalu harganya begitu tinggi, sehingga membuat orang mencari bentuk baterai lain, yang mana salah satunya lahir Lithium Ferro-Phospate (LFP).

Luhut mengatakan jika harga nikel ketinggian, orang akan mencari alternatif lain, sama seperti kondisi cobalt. Ia mengingatkan jika teknologi juga berkembang sangat cepat.

Oleh karena itu, Luhut menyebut pemerintah mencoba mencari keseimbangan supaya betul-betul nikel dari RI ini tetap masih dibutuhkan sampai belasan tahun yang akan datang.

"Tapi ingat lithium baterai bisa recycling, sedangkan LFP itu tidak bisa sampai hari ini. Tapi sekali lagi, teknologi terus berkembang," ujar Luhut.

"Kita bersyukur LFP juga kita kembangkan dengan Tiongkok, lithium baterai juga kita kembangkan dengan Tiongkok maupun lain-lain," sambungnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas