Pengamat: Rencana Mundurnya Mahfud MD Bentuk Mosi Tidak Percaya dan Pukulan Telak ke Jokowi
Pengamat politik sebut rencana Mahfud MD untuk mundur dari jabatan sebagai Menkopolhukam, merupakan pukulan telak kepada pemerintahan Jokowi.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic), Ahmad Khoirul Umam menyebut, rencana Mahfud MD untuk mundur dari jabatan sebagai Menkopolhukam, merupakan pukulan telak kepada pemerintahan Jokowi.
Apalagi, Umam menilai, Presiden Jokowi kini semakin terang benderang mendukung pasangan capres-cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming.
Umam juga menilai, rencana Mahfud MD mundur dari menteri Kabinet Indonesia Maju (KIM) ini merupakan bentuk ketidakpercayaan terhadap independensi dan netralitas pemerintah di Pilpres 2024.
"Setelah beberapa kali merasa dipermalukan oleh Cawapres 02 Gibran, rencana mundurnya Mahfud ini merupakan bentuk mosi tidak percaya terhadap independensi, netralitas, termasuk kredibilitas pemerintahan yang selama ini ia berada di dalamnya," kata Khoirul Umam kepada Tribun Network, Rabu (24/1).
Dia juga menduga, sikap mosi tidak percaya Mahfud itu tergambar jelas melalui narasi dan basis argumen yang selama dua kali debat Cawapres.
Dimana, Mahfud Md secara kritis menyerang pilihan-pilihan kebijakan dan komitmen kerakyatan pemerintahan Jokowi.
"Sikap kritis Mahfud itu merepresentasikan sikap PDIP yang saat ini juga semakin keras kepada Jokowi," ucap Umam.
Baca juga: Mantap Mundur dari Posisi Menko Polhukam, Mahfud MD Mengaku Sudah 3 Bulan Tak Pakai Fasilitas Negara
Umam menambahkan, jika Mahfud Md benar-benar mundur dari jabatannya, ia akan memiliki keleluasaan ruang dan narasi untuk mengonsolidasikan basis kekuatan dan dukungan baru di tiga minggu tersisa jelang Pilpres 14 Februari mendatang.
Sebab, jika Mahfud Md masih berada di posisi pemerintahan saat ini, ia akan terkungkung oleh tanggung jawab jabatan dan terbatasi oleh protokoler.
Sementara itu, jika benar-benar ingin tampil kompetitif untuk menahan rival terberatnya di kubu 02 yang menargetkan kemenangan satu putaran, maka kubu 03 membutuhkan akselerasi atau percepatan konsolidasi elektoral dari segmen undecided dan swing voters pada 3 minggu jelang Pemilu ini.
"Salah satu caranya, Mahfud memang sebaiknya membebaskan diri dari tanggung jawab lain dan harus benar-benar fokus dan fokus pada Pilpres, supaya tidak menyesal nantinya," jelas Umam.
Sementara itu, Umam juga menyoroti respons Presiden Jokowi yang menyatakan dirinya 'sangat menghormati keputusan' Mahfud MD untuk mundur dari jabatan KemenkoPolhukam.
Menurutnya, hal itu merupakan tanda lampu hijau.
"Artinya, Jokowi merasa tidak keberatan sama sekali, bahkan mungkin keputusan itu yang ia tunggu-tunggu pasca mencermati sikap, posisi, dan basis argumen Mahfud dalam debat Cawapres yang lebih mewakili karakter kuat oposisi ketimbang menjadi bagian dari pemerintahan itu sendiri," jelas Umam.
Baca juga: Sentil Menteri Jadi Timses dan Pakai Fasilitas Negara, Mahfud MD: Dosa Politik Racuni Anak Muda