Ganjar Minta Maaf ke Kelompok Tunarungu karena Tak Bawa Penerjemah Saat Bicara di Panggung
Calon presiden (capres) nomor urut 3, Ganjar Pranowo, meminta maaf kepada kelompok tuli karena tidak membawa penerjemah bahasa isyarat.
Penulis: Ibriza Fasti Ifhami
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews, Ibriza Fasti Ifhami
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Calon presiden (capres) nomor urut 3, Ganjar Pranowo, meminta maaf kepada kelompok tuli karena tidak membawa penerjemah bahasa isyarat.
Momen tersebut berlangsung saat Ganjar Pranowo tengah berorasi di Hajatan Rakyat Yogyakarta dalam rangka kampanye terbuka Ganjar-Mahfud, di Alun-alun Wates Kulonprogo, Yogyakarta, Minggu (28/1/2024).
Ganjar mengaku diberitahu oleh sejumlah penonton, bahwa ada kelompok tuli yang turut hadir menyaksikan acara tersebut.
"Ini ada yang menyampaikan ke saya. Saya harus minta maaf karena saya enggak punya tim penerjemah. Ini kelompok tuli. Saya mau sapa dulu," ucap Ganjar, saat berada di atas panggung Hajatan Rakyat Yogyakarta.
Selanjutnya, Ganjar menghampiri dan menyalami kelompok tuli yang berada di barisan penonton. Ia juga sempat memberikan rompi hitam Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud.
Saat ditemui usai acara, Ganjar mengaku bersalah karena tak membawa penerjemah agar kaum disabilitas dapat memahami apa yang disampaikannya dalam orasi.
Selain itu, ia juga mengaku sedih karena menurutnya kaum disabilitas kerap ditinggalkan saat pemerintah melakukan perencanaan pembangunan.
"Sebenarnya konsep dan teorinya sih tidak terlalu sulit ya, cerita merencanakan pembangunan ke depan tidak ada yang ditinggalkan termasuk masyarakat disabilitas," ucapnya.
Ia menilai, perlu ada perlakuan khusus dari pemerintah untuk kaum disabilitas.
"Maka perlu mendapatkan perlakuan khusus apakah itu akses di dalam mereka bertransportasi, mengevakuasi diri, kemudian apakah akses pada pendidikan, keterampilan, pengembangan diri, termasuk akses pada permodalan," ungkapnya.
Sehingga, kata Ganjar, ia membayar rasa bersalahnya kepada mereka dengan berfoto bersama. Dengan hal sederhana tersebut, ia menilai, hal itu sudah membahagiakan kaum disabilitas.
Baca juga: Profil Stefanus Gusma, Hengkang dari PDIP dan Tak Dukung Ganjar-Mahfud, Loyalis Jokowi dan Gibran
"Masih banyak yang harus dikoreksi, termasuk tadi saya mengaku salah karena setiap kami di panggung, kami berpidato, kami gegap gempita selalu ada yang teriak-teriak," kata Ganjar.
"Saya sedih pada soal itu, maka tadi ada salah satu yang mengingatkan. Tadi di Medan juga ada yg sama, mengharukan. Maka kadang-kadang kami membayar dengan hal yang sederhana, kami turun dan mereka minta foto. Rasanya itu sudah senang," ungkapnya.
Sementara itu, Dewan Penasihat Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Zannuba Ariffah Chafsoh yang akrab disapa Yenny Wahid mengajak, seluruh elemen masyarakat Yogyakarta memilih Capres Ganjar Pranowo - Cawapres Mahfud MD pada Pilpres 2024, yang akan digelar 14 Februari 2024.
Yenny menilai, pasangan Ganjar-Mahfud adalah pemimpin yang memperjuangkan kepentingan rakyat kecil, kesetaraan, dan demokrasi.
"Kita di sini, karena kita menginginkan negara ini dipimpin oleh orang-orang yang mau berjuang untuk kepentingan masyarakat kecil, yang mau berjuang untuk kepentingan petani dan nelayan, yang mau berjuang untuk kepentingan guru-guru agama, kepentingan guru honorer, dan yang mau berjuang untuk memberantas korupsi di Indonesia," kata Yenny.
Pejuang Kesetaraan
Yenny mengatakan, duet Ganjar-Mahfud adalah pemimpin yang memperjuangkan kesetaraan dan demokrasi, di mana semua warga negara memiliki hak yang sama di mata hukum dan negara.
"Tukang minuman, tukang tahu gejrot, tukang parkir, dan saya yang anak presiden sama haknya di mata hukum dan negara. Tidak boleh ada yang diistimewakan, setiap warga negara selama dia membayar pajak dan taat hukum, maka dia berhak mendapatkan perlindungan dari negara kita," tegasnya.
Direktur Wahid Foundation itu mengungkapkan, Indonesia saat ini membutuhkan sosok pemimpin seperti Ganjar-Mahfud, yang berpihak kepada petani, nelayan, dan menciptakan jutaan lapangan pekerjaan baru untuk anak muda.
"Negara ini harus hadir untuk semua anak bangsa, bukan anak satu keluarga saja. Negara ini butuh pemimpin seperti Ganjar Pranowo, yang duduk makan lesehan bersama rakyatnya. Seperti Mahfud MD, peluru tak terkendali dalam memberantas korupsi," ucapnya.
Putri Presiden ke-4 Republik Indonesia (RI) KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu mengungkapkan, bahwa program Bansos, BLT, dan PKH akan tetap dilanjutkan, jika pasangan Ganjar-Mahfud terpilih sebagai Presiden – Wakil Presiden, pada Pilpres 2024.
"Kalau ada yang nawarin Bansos dan harus memilih salah satu paslon, jangan mau. Pilih sesuai hati nurani. Karena, kalau kita terima bansos lalu kemudian kita memilih sesuai orang yang memberi arahan itu, itu artinya suap. Kalau suap itu melanggar hukum," katanya.
Menurut Yenny, apabila ada pihak yang memberi bansos anggap saja itu sedekah. Sebab, sedekah tidak wajib untuk memilih sesuai arahan pemberi bansos.
“Pasangan Nomor Urut 3, Ganjar-Mahfud tetap yang harus dicoblos. Ganjar-Mahfud berjuang untuk kepentingan bangsa dan demokrasi. Jangan biarkan Ganjar- Mahfud berjalan sendiri. Kita temani mereka, kita barengi langkah mereka, dan kita bergerak," pungkas Yenny.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.