Momen Anies Pakai Bahasa Isyarat di Debat Capres 2024
Anies Baswedan pakai bahasa isyarat saat mengawali menyampaikan visi dan misi di debat capres, Minggu (4/2/2024).
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.com - Calon presiden (capres) nomor urut satu, Anies Baswedan, menyisipkan bahasa isyarat saat menyampaikan visi dan misinya di debat capres Pilpres 2024, Minggu (4/2/2024).
Anies terlihat menunjuk ke jam tangan yang dikenakannya, lalu membentuk isyarat memutar menggunakan jarinya.
Bahasa isyarat itu memiliki arti "waktunya perubahan".
Diketahui, lewat visinya, Anies menekankan soal adanya ketimpangan, ketidaksetaraan, dan ketidakadilan di Indonesia.
Menurut Anies, ketimpangan yang dibeberkan tersebut merupakan fenomena yang berbahaya.
Apalagi sudah terbukti bahwa ekonomi Indonesia hanya dikuasai segelintir orang.
Anies juga menyoroti soal pemberian bantuan sosial (bansos).
Ia lantas menegaskan keluarga yang membutuhkan harus diberikan bansos sesuai kebutuhannya
Anies juga mengatakan bansos harus diberikan demi kepentingan rakyat yang membutuhkan, bukan malah pemberinya.
Anies Janji akan Angkat 700 Ribu Guru Honorer
Anies Baswedan berjanji akan mengangkat 700 ribu guru honorer menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Hal ini disampaikan Anies saat menjawab mengenai komitmen paslon mengenai kesejahteraan guru dan dosen.
Baca juga: Jurus Anies Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Dosen: Jangan Berikan Beban Administrasi Terlalu Besar
Anies menilai seluruh lapisan bertanggung jawab penuh atas kesejahteraan guru dan dosen.
"Kita harus bertanggung jawab penuh atas kesejahteraan pendidik. Prinsip itu harus ditanggung seluruh penanggung jawab di seluruh Indonesia."
"Masalah-masalah yang kita miliki sekarang, banyak guru honorer belum diangkat PPPK, 1,6 juta guru belum tersertifikasi," ungkap Anies.
Apabila terpilih menjadi presiden, lanjut Anies, ia akan mencanangkan program percepatan sertifikasi untuk guru.
Lalu, mengangkat 700 ribu honorer menjadi PPPK.
Ia juga menekankan pentingnya penghargaan dan tunjangan bagi dosen dan peneliti yang berbasis pada kinerja.
"Programnya percepatan sertifikasi guru, pengangkatran 700 ribu honorer menjadi PPPK, beasiswa untuk anak dosen dan pendidik, penghargaan dan tunjangan bagi dosen dan peneliti yang berbasis pada kinerja, dan paling penting mengurangi beban administrasi," pungkas Anies.
Diketahui, debat terakhir ini mengusung tema kesejahteraan sosial, pembangunan sumber daya manusia (SDM), dan inklusi.
Dari tema tersebut kemudian dibagi menjadi enam subtema, yaitu pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, kebudayaan, teknologi informasi, serta kesejahteraan sosial dan inklusi.
Berikut ini 12 panelis yang hadir dalam debat terakhir capres:
- Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Prof Dr Aminuddin Syam SKM M Kes MMed Ed.
- Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Asep Saepudin Jahar MA PhD.
- Anggota Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, Dasar, dan Menengah (BAN PDM) Bahruddin.
- Pendiri PIKAT Demokrasi dan penasihat Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFE Net) Damar Juniarto SSos.
- Guru Besar Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Prof Emiritus PM Laksono PhD.
- Sosiolog Universitas Indonesia Imam Prasodjo.
- Ahli Teknologi Informasi/Wakil Rektor Institut Teknologi Tangerang Selatan Onno Widodo Purbo PhD.
- Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Dra Reni Kusumowardhani MPsi.
- Koordinator Advokasi BPJS Watch Timboel Siregar SSi SH MM.
- Penasihat Hak Disabilitas pada General Election Network for Disability Access (AGENDA) dan aktivis disabilitas Tolhas Damanik MEd.
- Dosen Pascasarjana Program Penyuluhan Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta Drs. Tukiman Tarunasayoga MS, Ph.D.
- Guru Besar di bidang PAUD dan Gender Universitas Pendidikan Indonesia Prof Vina Adriany MEd PhD.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Milani Resti/Rizki Sandi Saputra)