Jelang Imlek, Warga Tionghoa Komunitas Silent Majority Bicara Alasan Dukung Ganjar-Mahfud di Pilpres
William menambahkan, alasan lain yang mendorong masyarakat Tionghoa di Indonesia mendukung Ganjar-Mahfud karena faktor partai utama yang mengusung
Penulis: Reza Deni
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jelang pemungutan suara dan hari libur nasional Imlek, masyarakat keturunan Tionghoa yang selama ini menjadi bagian dari ‘silent majority’ di Indonesia secara terbuka mendukung pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.
Sikap politik tersebut disampaikan masyarakat Tionghoa setelah menyimpulkan bahwa hanya pasangan Ganjar-Mahfud yang layak memimpin Indonesia.
“Jangan sampai kita salah memilih pemimpin, apalagi coba-coba dengan memilih yang tidak berpengalaman dan belum teruji dalam mengelola pemerintahan. Setelah melihat rekam jejak para capres, kami memutuskan mendukung pasangan nomor urut 3, Ganjar-Mahfud, di Pilpres 2024. Bagi kami mereka memiliki kriteria yang pas memimpin Indonesia," kata William Hui, perwakilan dari komunitas “The Silent Majority”, kepada wartawan di Jakarta, Selasa (6/2/2024).
Baca juga: Ganjar Ajak Pendukung Prabowo-Gibran Makan Siang di Balikpapan
Menurut William, selama ini masyarakat Tionghoa di Indonesia cenderung bersikap diam apalagi memperlihatkan sikap politiknya di setiap Pemilu.
Namun, lanjut William, setelah mencermati 21 program unggulan yang diusung Ganjar-Mahfud, masyarakat Tionghoa akhirnya memutuskan untuk mendukung pasangan yang diusung PDI Perjuangan, PPP, Partai Perindo dan Partai Hanura itu.
William menambahkan, alasan lain yang mendorong masyarakat Tionghoa di Indonesia mendukung Ganjar-Mahfud karena faktor partai utama yang mengusung, yaitu PDI Perjuangan.
Baca juga: Momen Wajah Ganjar Pranowo Dicium Tunanetra saat Kampanye Akbar di Balikpapan
Menurutnya, masyarakat Tionghoa tidak akan pernah melupakan jasa Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri yang juga ketua umum PDI Perjuangan, dalam menetapkan Imlek sebagai hari libur nasional.
"Kami sangat berterima kasih atas penghargaan itu, dan kami tidak akan melupakannya," ujar William.
Seperti diketahui, kebijakan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menghapuskan larangan merayakan Imlek pada tahun 2000 disempurnakan oleh Presiden Megawati melalui Keppres Nomor 12 Tahun 2002, yang memberi kesempatan pada masyarakat Tionghoa untuk merayakan Imlek sebagai libur nasional.
Sementara itu, mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengungkapkan, pengalaman yang dimiliki Ganjar-Mahfud di pemerintahan, termasuk komitmen mereka terhadap rakyat, menjadi alasan kuat baginya untuk mendukung pasangan capres-cawapres nomor urut 3 itu.
"Saya kira ini kesempatan saya seumur hidup. Kalau kita tidak memperjuangkan Mas Ganjar saat ini, kita akan menyesal seumur hidup nanti. Ganjar Pranowo adalah calon presiden yang paling pantas menjadi Presiden 2024," kata Ahok saat menceritakan alasannya mundur sebagai komisaris utama Pertamina, di hadapan masyarakat Tionghoa.
Ahok menegaskan dirinya taat terhadap aturan dan etika politik sehingga baru dapat “turun gunung” setelah mengundurkan diri sebagai komisaris utama BUMN.
"Sekarang saya bersyukur bisa fokus kampanye untuk Ganjar-Mahfud yang selama ini kerja dan pengalamannya terbukti panjang, nyata dan tidak lebih baik dari calon lainnya," tandasnya.