Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jangan Anggap Remeh Dampak Bullying, Psikolog: Korban Bisa Rasakan Ketakutan Seumur Hidup

Psikolog klinis dewasa Nirmala Ika Kusumaningrum MPs menyebut dampak perundungan atau pembullyan terhadap seseorang tak main-main.

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Jangan Anggap Remeh Dampak Bullying, Psikolog: Korban Bisa Rasakan Ketakutan Seumur Hidup
Kolase Tribunnews/Ist/net
Viral di media sosial kasus dugaan perundungan atau bullying oleh senior SMA Binus Scholl Serpong terhadap juniornya terkait syarat gabung geng sekolah. Anak artis Vincent Rompies, Farrel Legolas Rompies, diduga terlibat dalam bullying terhadap korban. 

Laporan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Psikolog klinis dewasa Nirmala Ika Kusumaningrum MPs menyebut dampak perundungan atau pembullyan terhadap seseorang tak main-main.

Hal ini merespons kasus perundungan atau bullying yang terjadi di Binus School Serpong, Tangerang Selatan.

Ia mengingatkan bahwa kobran pembullyan sulit "sembuh".

Kerusakan terhadap mental korban akan terus dibawa seumur hidup.

Seorang korban perundungan bisa saja merasakan ketakutan terus menerus.

"Bisa lama, bisa selamanya, seumur hidup. Perlu pendampingan untuk melupakan, untuk healing untuk melupakan hal-hal itu. Bully tidak hanya fisik juga mentalnya yang sangat berdampak," kata Nirmala kepada wartawan, Selasa (20/2/2024).

Baca juga: Tanggapi Kasus Bully yang Libatkan Anak Vincent Rompies, Paula Verhoeven Akui Pernah jadi Korban

Meski dampak itu akan berbeda-beda terhadap setiap korban pembullyan, namun ujarnya, bantuan dan pendampingan harus segera diberikan terhadap korban.

Berita Rekomendasi

Nirmala menyebut, kekerasan fisik bisa disembuhkan dengan pengobatan medis.

Sementara, kerusakan psikologis membutuhkan waktu lama untuk bisa disembuhkan.

Baca juga: Ramai Bully Libatkan Anak Vincent Rompies, Paula Verhoeven Ingat Pengalamannya Alami Perundungan

"Dan itu yang harus kita bantu. (kata-kata dan perilaku pembully) itu yg bisa membuat dia ketakutan, berasa tidak berarti, merasa kurang, karena itu yang ditekankan pembully-nya dan itu butuh penanganan. Bukan cuma penanganan tapi butuh support orang-orang terdekat juga. Bukan cuma ah cuma dikatain, gak digebukin, cumakan setiap orang berbeda-beda," terang dia.

Pelaku Bully Seringkali Butuh Pengakuan

Di sisi lain, Nirmala menjelaskan faktor remaja seringkali menjadi seorang pelaku pembullyan.

Menurutnya hal itu disebabkan karena kebutuhan seseorang untuk diakui orang lain.

Dari kasus pembullyan yang diduga dilakukan salah satunya oleh anak artis Vincent Rompies ini, seorang pelaku pembullyan biasanya ingin dianggap memiliki power.

"Bully itu relasi kuasa basic-nya. Seseorang ingin menunjukkan bahwa dia itu punya kuasa terhadap orang lain," jelas founder Mindfy ini.

Keinginan untuk diakui itu ujar dia berasal dari rasa insecure, di mana seseorang merasa tidak percaya diri, tidak dicintai bahkan tidak diinginkan.

"Dengan membully dia merasakan power itu, di genk itu dia dilibatkan itu, dia ditakuti, yang dicari adalah perasaan itu sebenarnya. Terus kenapa pembully itu rame-rame? Ya karena dia butuh dukungan kelompok bahwa ini lho saya bahwa saya itu someone dan itu adalah hal yang tidak didapatkan jika di luar kelompok itu," ungkap Nirmala.

Selain itu, kekerasan pada remaja juga sering dibiarkan karena hal lumrah dalam pergaulan anak laki-laki.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas