Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sejak Hari Pencoblosan, Narasi Kecurangan Pemilu Masih Sangat Tinggi Disuarakan di Medsos

Pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi mengatakan, temuan tersebut berdasarkan pemantauan pihaknya sejak hari pencoblosan, pada 14 Februari 2024.

Penulis: Ibriza Fasti Ifhami
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Sejak Hari Pencoblosan, Narasi Kecurangan Pemilu Masih Sangat Tinggi Disuarakan di Medsos
Tribunnews.com/Ibriza Fasti Ifhami
Paparan Pendiri Drone Emprit Ismail Fahmi, yang hadir secara daring di konferensi pers Jaga Pemilu, di Jakarta Selatan, Sabtu (24/2/2024). 

Laporan wartawan Tribunnews, Ibriza Fasti Ifhami

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lembaga pengawal pemilu, Drone Emprit menemukan, narasi kecurangan pemilu masih sangat tinggi disuarakan netizen di media sosial (medsos).

Pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi mengatakan, temuan tersebut berdasarkan pemantauan pihaknya sejak hari pencoblosan, pada 14 Februari 2024 lalu hingga saat ini.

Baca juga: PROJO: Narasi Kecurangan Pemilu 2024 Wujud Pengkhianatan Kedaulatan Rakyat

“Kesimpulan, sejak pencoblosan sejak Februari sampai sekarang tren tentang kecurangan pemilu masih tinggi. Ini perlihatkan perhatian publik dan isu kecurangan warnai pemilu,” kata Ismail, yang hadir secara virtual dalam konferensi pers Jaga Pemilu, di Jakarta Selatan, Sabtu (24/2/2024).

Ismail membagi dua kategori narasi perbincangan di media sosial pada periode waktu sebelum dan pasca pemungutan suara. 

Adapun sebelum pencoblosan, netizen banyak memperbincangkan Film Dirty Vote dan pelanggaran etika yang terjadi di Mahkamah Konstitusi (MK).

Baca juga: Wacana Hak Angket Dugaan Kecurangan Pemilu, Timnas AMIN: Bukan soal Menang atau Kalah

Selain itu, banyak juga netizen yang mempermasalahkan mengenai cawe-cawe Presiden Jokowi. Di antaranya seperti pembagian bantuan sosial (bansos) hingga keputusan menaikan gaji aparat TNI-Polri di tengah masa pemilu.

Berita Rekomendasi

Hal tersebut, menurutnya mengundang kecurigaan publik.

“Ada persepsi masyarakat terkait integritas pemilu, ada keraguan masyarakat. Ada pemberitaan kecurangan, ketidakpuasan pemilu, ini tunjukkan ketidakpercayaan publik,” ucapnya.

Sedangkan, pada saat dan setelah pencoblosan, Ismail mengungkapkan, banyak netizen mempersoalkan mengenai proses dan hasil pemilu, dimana yang paling disoroti soal kecurangan terstruktur, masif, dan sistematis (TMS)

“Kemudian kecurangan saat dan pasca, ini dibahas di medsos, adanya dugaan kecurangan dari sistem si rekap. Ini jadi masukan KPU Bawaslu untuk audit forensik agar tunjukkan teks seperti diduga,” kata Ismail.

“Dan adanya dugaan surat suara tercoblos, dan lain-lain. Ini ada dugaan penting klarifikasi lebih jelas terutama audit forensik,” sambungnya.

Lebih lanjut, Ismail menyoroti penjelasan KPU mengenai dugaan kecurangan pemilu. Ia menilai, pernyataan dari penyelenggara pemilu itu banyak tidak diterima warga medsos.

Bahkan, banyak netizen menagih sikap transparansi dan akuntabilitas pihak penyelenggara pemilu.

“Lebih tinggi. Ada tuntutan si rekap diaudit. Ada dampak sosial, demo,” ungkapnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas