Pakar Politik: Situasi usai Pemilu 2024 Kondusif, Eskalasi Konflik Hanya di Tataran Elite
Meski sudah ada penetapan resmi hasil Pemilu 2024 dari Komisi Pemiihan Umum (KPU), para elite berusaha men-challenge hasil tersebut salah satunya
Editor: Acos Abdul Qodir
Laporan wartawan Tribunnews.com, Willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pelaksanaan Pemilu 2024 (Pileg dan Pilpres) telah tuntas. Agenda lima tahunan ini setelah pengumuman penetapan resmi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) tinggal menyisakan sidang Perkara Hasil Pemilihan Umum (PHPU) di Mahkamah Konstitusi (MK).
Meski sempat ada beberapa aksi unjuk rasa namun secara keseluruhan eskalasi politik sebelum dan setelah pelaksanaan pemilu 2024 tidak terlalu berpengaruh kepada masyarakat.
Pakar Politik, Arfianto Purbolaksono mengatakan pada pemilu tahun 2024 situasinya relatif damai. Ia membandingkan dengan pemilu tahun 2014 dan 2019 yang eskalasi konfliknya cukup panas karena ada polarisasi.
"Kalau lihat sejauh ini memang ada demo- demo dilakukan di masa rekapitulasi nasional baik pilpres atau pileg. Tapi, demo-demo nampaknya tidak sebesar tahun 2019 dan ini membuktikan bahwa masyarakat tidak terlalu berpengaruh lagi terhadap persaingan pilpres berbeda pada tahun 2019 ada polarisasi yang begitu kuat terjadi sejak 2014 dan 2019 dan itu sangat besar sekali pengaruhnya dan terlihat eskalasi konflik di sidang MK juga tapi kalau dibandingkan tahun ini tidak terlalu besar," kata Arfianto, Jumat(22/3/2024).
Anto sapaan akrab Arfianto juga menyebut saat ini tugas dari rakyat atau masyarakat sebenarnya sudah selesai.
Tahapan selanjutnya adalah perjuangan para elite-elite politik untuk menggunakan tahapan pemilu selanjutnya yakni gugatan ke Mahkamah Konstitusi(MK).
Karena itu, lanjut Manajer Riset dan Program The Indonesian Institute For Public Policy Research (TII) ini, justru eskalasi konflik meningkat di tataran elite politik.
Meski sudah ada penetapan resmi hasil Pemilu 2024 dari Komisi Pemiihan Umum (KPU), para elite berusaha men-challenge hasil tersebut salah satunya dengan mengajukan gugatan ke MK.
"Saat ini, memang suasana panas masih terjadi di kalangan elite, terutama di kontestasi pilpres kalau kita lihat memang dari tiga pasang calon dua lain yang kalah dari 01 dan 03 berusaha sedemikian rupa untuk tetap bertahan agar narasi yang dibangun saat ini tetap menggambarkan mereka ini tetap dalam koridor yang ada. Walau sudah ditetapkan KPU mereka cari celah kemenangan yang diraih calon 02 salah satunya bisa dichallenge keputusan KPU melalui prosedur di MK," kata Anto.
"Kalau masyarakat sebenarnya tugas mereka sudah selesai sekarang elite yang berkepentingan di MK," kata dia.
Baca juga: Perolehan Kursi 8 Parpol di DPR Hasil Pemilu 2024: PDIP Dominasi Parlemen, Demokrat Paling Sedikit
Atas fakta itulah lanjut Anto, ia mengapresiasi masyarakat Indonesia yang turut serta menjaga situasi sebelum dan setelah pemilu 2024 tetap kondusif.
"Masyarakat sudah belajar bahwa dari tahun tahun sebelumnya 2014 dan 2019 ada polarisasi sekarang adem ayem dan cukup, semua selesai tinggal menjalankan kehidupan sehari-hari," kata Anto.
Patut juga diingat menurut Anto, dalam pemilu 2024 ada tiga pasangan calon presiden memiliki karakter berbeda dilihat dari pendukungnya yang juga ikut berkontribusi terhadap situasi kondusif sekarang ini.
Ditambah lagi penilaian kinerja pemerintah yang saat ini cukup baik.
"Tampaknya masyarakat lebih bisa mengatasi persoalan keseharian itu lebih penting. Jadi isu yang dikaitkan pemerintahan hari ini. Soal Jokowi dengan Prabowo-Gibran enggak terlalu membuat masyarakat ikut mengulik. Atau soal isu-isu dinasti politik atau isu terkait penggunaan fasilitas negara dan bansos itu enggak terlalu concern masyarakat terutama menengah ke bawah masyarakat sudah cukup baik pemilu hari ini sudah selesai," tutup Anto. (Willy Widianto)