Pakar Hukum Tata Negara Feri Amsari Ungkap Ihwal Kecurangan dari Meja Mahkamah Konstitusi
Pakar Hukum Tata Negara Feri Amsari berharap para hakim MK tidak diintervensi oleh kekuasaan dan uang seperti yang terjadi pada kasus sebelumnya.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Anita K Wardhani
Jadi tidak hendak mengubah karena mustahil wong angkanya sudah diatur siapa yang bisa mengubahnya. Kecurangannya bukan beralih pemilu untuk memilih calon lain tetapi bagaimana angka itu diformat.
Masa hendak mengubah pilihan dalam waktu dua tiga hari menjelang pencoblosan. Tidak mungkin. Tapi kami hendak menghukum pelaku kecurangan bahwa kami tahu loh apa yang Anda lakukan.
Banyak orang bertanya Anda begitu berani, getol, masif bersuara soal kecurangan pemilu?
Badan saya gede, banyak ketakutan saya. Tapi kita mestinya lebih takut dengan demokrasi yang rusak dan pincang. Saya berpikir anak saya akan bisa apa kalau demokrasinya rusak.
Anak saya bisa berprestasi seperti apa. Apakah anak saya bisa diberikan kesempatan yang sama untuk jadi calon wakil presiden kalau bapaknya bukan presiden.
Ini bukan sekadar urusan presiden dan anaknya, ini juga urusan saya dan anak saya. Beri kami pertarungan demokrasi yang fair agar anak saya bisa menikmati demokrasi yang sama di usia besar.
Saya hanya terbayang anak-anak miskin yang berasal dari keluarga di kampung bisa berjuang dalam demokrasi yang sama kalau pertarungannya tidak fair.
Ini sepertinya bukan soal berani atau takut. Ini soal kita mau berpihak kepada yang mana kalau saya belajar konstitusi ceritanya berbeda dengan apa yang terjadi.
Jadi lebih kepada terpaksa saja karena kalau lawan orang-orangnya Pak Jokowi di sekelilingnya saya juga takut. Sampai hari ini saya tidak dapat mendefinisikan berani atau tidak.
Kesaksian Romo Magnis Suseno dikecam oleh banyak orang karena dianggap mencaci presiden RI sebagai pencuri tanpa dasar, Anda melihatnya bagaimana?
Ada terminologi yang menarik dari pandangan Romo Magnis, terhadap orang sombong maka bersombong lah karena obat bagi mereka adalah kesombongan yang disampaikan dengan cara sombong.
Romo Magnis bukan orang baru kiblat etik di republik ini. Dia tidak hanya berbicara tapi dia melihat dan mencontohnya. Apa yang disampaikan menurut saya sangat tepat menggambarkan kepongahan seseorang dan harus diruntuhkan dengan tajamnya perkataan.
Menurut saya Romo Magnis tepat menggambarkan soal gentong babi itu, ini uang rakyat dipergunakan untuk rakyat dan yang dipuji harus Jokowi itu bagaimana ceritanya.
Saya kalau bertemu Romo malah akan bilang bahwa Romo terlalu santun seharusnya lebih dari itu. Karena hanya orang yang punya dedikasi seperti Romo Magnis bagaiman perilaku dan tindakan bertemu yang bisa berpengaruh kepada banyak orang.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.