Ahmad Luthfi Temui Jokowi, Sekjen PDIP Sindir Tak Punya Mentalitas dan Enggak Layak jadi Pemimpin
Politisi asal Yogyakarta ini pun menduga, para calon kepala daerah yang mendatangi Jokowi ingin adanya campur tangan dari aparatur negara di Pilkada.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Acos Abdul Qodir
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan siapapun calon pemimpin daerah yang meminta endorse ke Presiden Ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi), menunjukkan tak memiliki mentalitas dan tak layak menjadi seorang pemimpin.
Hal itu disampaikan Hasto ketika ditanya perihal pasangan Calon Gubernr dan Calon Wakil Gubernur Jawa Tengah (Cagub-cawagub Jateng), Ahmad Luthfi-Taj Yasin yang menemui Jokowi pada masa kampanye Pilkada Jateng, beberapa waktu lalu.
“Siapa pun yang datang ke Pak Jokowi itu menunjukkan mentalnya tidak kuat sebagai pemimpin, itu mental kalah, itu mental tidak layak untuk menjadi pemimpin, karena mereka harus mendatangkan leverage power,” kata Hasto usai mengikuti lari 10K dalam event bertajuk 'Victoria Run' di kawasan BSD, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (3/11/2024).
Politisi asal Yogyakarta ini pun menduga, para calon kepala daerah yang mendatangi Jokowi ingin adanya campur tangan dari aparatur negara di Pilkada.
Bagi PDIP, Pilpres 2024 sudah selesai dan Prabowo Subianto sudah menjadi Presiden RI.
Hasto pun mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bergerak jika terjadi upaya-upaya campur tangan aparat negara serta oknum penegak hukum pada pemungutan suarat Pilkada Serentak 2024 27 November mendatang.
“Kalau Pilkada ini ada yang campur tangan, ada aparatur negara yang campur tangan termasuk oknum-oknum Polri yang mencoba campur tangan, jangan takut mari kita bergerak kita selamatkan demokrasi, kedaulatan rakyat, apapun resikonya,” tegas Hasto.
Baca juga: 5 Hasil Survei Pilkada Jateng 2024, Sosok Gubernur Terkuat: Eks Panglima TNI Ungguli Eks Kapolda
Hasto pun mengingatkan, rakyat hakekatnya mencari calon pemimpin yang mau bergerak ke bawah, mendengarkan dan merasakan langsung penderitaan di masyarakat.
“Mencari pemimpin yang bergerak ke bawah, bukan yang mencari restu-restu. Itu model-model lama. Itu mental pemimpin yang tidak kuat,” jelas Hasto.