Kisah Nur Merintis Bank Sampah di Kota Tegal, Pernah Dianggap Gila Karena Bermain Sampah
Jerih payah Nurlailatul Aqifah (46) sebagai aktivis lingkungan di Kota Tegal, tidak pernah membuatnya berhenti untuk mengedukasi masyarakat sekitar.
Editor: Content Writer
TRIBUNJATENG.COM, TEGAL - Jerih payah Nurlailatul Aqifah (46) sebagai aktivis lingkungan di Kota Tegal, tidak pernah membuatnya berhenti untuk mengedukasi masyarakat sekitar.
Berbagai penghargaan sebagai aktivis pun, berulangkali Nur peroleh.
Terbaru, Nur mendapatkan penghargaan Kalpataru sebagai Perintis, Pengabdi, dan Penyelamat Lingkungan Hidup Tingkat Jawa Tengah 2019 di Kota Salatiga, Rabu (17/7/2019).
Nur tidak hanya sukses mengelola Bank Sampah Mawar Biru di Kelurahan Kraton, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal.
Ia pun menjadi perintis bank sampah di Rusunawa Kraton serta penggagas lahirnya komunitas daur ulang sampah Rutela.
"Melalui bank sampah dan daur ulang, saya ingin mengajak masyarakat peduli lingkungan. Semua peduli dan tidak lagi meremehkan sampah plastik," kata Nur kepada Tribunjateng.com, Kamis (18/7/2019).
Nur mengungkapkan, sebelumnya ia berprofesi sebagai tukang jahit bersama suaminya.
Kemudian pada 2012, Nur memulai karirnya dengan membuat berbagai kerajinan dari sampah.
Menurut Nur, awal mula menggeluti bank sampah banyak orang yang mencemooh dan menghinanya. Para rentenir yang gagal menawarkan utang, menyebut Nur orang yang tidak mau diajak kaya.
Hinaan yang lain menyebut Nur gila karena bermain dengan sampah. "Awal beberapa orang mencemooh saya, 'Gila mainan sampah'. Tapi saya tidak peduli, terserah orang mau bilang apa," ungkap.
Nur mengatakan, dengan bank sampah ia ingin memberikan manfaat dan mengedukasi masyarakat. Masyarakat dibina untuk mengumpulkan sampah lalu menukarnya di bank sampah.
Bagi yang ingin tingkat lanjut, maka secara bersama akan diberi pelatihan membuat kerajinan dari barang bekas.
"Contohnya warga di Rusunawa Kraton. Awalnya saya hanya merangkul meraka ikut di bank sampah saya. Kini mereka bisa secara mandiri membuat dan mengelola bank sampahnya sendiri," ungkapnya.
Nur mengatakan, saat menjadi penjahit ia hanya bisa bermanfaat dan memuaskan pelanggan. Sedangkan kegiatannya saat ini justru bisa lebih bermanfaat untuk orang banyak. "Target saya ke depan, gerakan peduli lingkungan tidak hanya di Kelurahan Kraton. Melainkan bisa menyeluruh se Kota Tegal," ujarnya. (Fajar Bahruddin Achmad)