Dzakir Anak Semarang Penemu 'Bug' Google Asah Kemampuan Hacking di Angkringan
Abdullah Mudzakir alias Dzakir, siswa SMKN 8 Semarang menemukan bug atau celah kerentanan di Google, diganjar hadiah US$ 5.000.
Editor: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Abdullah Mudzakir atau akrab disapa Dzakir, sosok muda asal Semarang, memulai ketrampilan ‘ngoprek’ komputer dan meretas sistem internet dari angkringan.
Kala itu, ia masih di bangku Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau setara SMP. Bermula saat kakaknya dibelikan komputer jinjing untuk ujian akhir. Setelah ujian perangkat itu tak dipakai lagi.
"Daripada nganggur, saya pake dan saya ajak teman nongkrong di angkringan yang ada Wifi, modal Rp 3 ribu untuk beli es teh, nongkrong sejak pulang sekolah sampai malam hari," kenang Dzakir.
Jurnalis Tribun Jateng Tribun Network menghubungi Dzakir, Rabu (8/3/2023). Saat ini Dzakir masih tercatat siswa kelas 12 jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) SMKN 8 Semarang, Jawa Tengah.
Meski belum selesai sekolahnya, Dzakir udah bekerja di perusahaan perangkat lunak di Jakarta.
Belum lama ini, Dzakir mendapatkan hadiah senilai US$ 5.000 dari raksasa teknologi Google. Dzakir dianggap berperan menemukan ‘bug’ atau istilah untuk celah kerentanan di Google.
Prestasi itu tak diraihnya tiba-tiba. Ia sudah pernah empat kali mengajukan temuan ke Google, tapi belum mendapat pengakuan atau dianggap belum layak.
Barulah di pengajuan terakhir atau ke-5, Dzakir lolos tes, dan temuannya diakui oleh Google.
Dzakir lantas bercerita, ia menyukai komputer sejak sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau setara SD, sekitar 2015. Saat itu ia diajak temannya bermain di warung internet (warnet).
Di sana awalnya ia hanya otak-atik Facebook seperti remaja pada umunya.
Warga asli Karangbolo, Lerep, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang ini berselancar di jagad maya.
Lalu muncullah di depannya grup Facebook yang membagikan hasil hacking dengan mengubah tampilan portal pemerintah menjadi tulisan bernada ‘bucin’ khas anak muda.
Namun ia mengingat kembali, saat itu ia masih fokus pada programming dan baru menjajal menerobos keamanan jaringan komputer atau hacking.
Adapun ilmu tentang hacking ia peroleh secara otodidak dari mencari informasi di laman pencarian Google dan belajar dari artikel.
Setelahnya, Dzakir mencoba membuat portal sendiri, namun ia merasa tidak cocok belajar programing, dan ia pun mengaku tidak cocok mempelajari jaringan komputer atau networking.
Ia mengaku, belajar jaringan komputer karena ingin melanjutkan pendidikan di Teknik Komputer Jaringan di SMK Nahdlatul Ulama (NU) Ungaran.
Siswa kelahiran Ungaran, 10 April 2004 ini bercerita ia justru tidak didorong orang tuanya untuk mengasah kemampuan tentang ilmu komputer.
Ayah Dzakir, Ali Bakri, merupakan guru mengaji di rumah. Ia justru sering diajak mengikuti lomba tilawah dan tahfidz, di samping mengikuti lomba stand up comedy.
"Awalnya orang tua nggak mendukung, malah menentang soal hacker karena dianggap hal yang tabu dan jahat. Setelah saya jelaskan pada orang tua, mereka bisa memahami," ungkap anak dari Muizati.
Dzakir mengakui, menjadi hacker baik atau white hat hacker secara finansial memang kurang menguntungkan dibanding black hat hacker.
Ia bercerita pengalamannya menginformasikan kelemahan sistem keamanan jaringan komputer sejumlah perusahaan di Indonesia hanya mendapatkan apresiasi Rp 1-2 juta.
Sementara bila menginformasikan adanya kelemahan sistem keamanan keamanan jaringan komputer perusahaan di luar negeri, ia mendapat $1.000-$4.500.
"Kalau membobol kartu kredit lebih menguntungkan, tapi dengan latar belakang keluarga yang religius, mengajarkan tentang agama, saya ngerti bahaya dan dosa, jadi memilih jadi hacker baik," terang Dzakir.
Terkait keseruan menjadi hacker dan tantangannya, ia mengaku aktivitas tersebut merupakan kompensasi waktu luang yang luas, di samping adanya keseruan ketika sistem error.
Ia antusias ketika mengetahui sistem keamanan mengalami kerusakan dan ia bisa perbaiki.
"Wah, aku bisa nemu nih celah keamanan di perusahaan ini, aku lapor lah. Trus si pemilik perusahaan ada timbal balik yang baik, itu yang jadi seru ya," ujar anak bungsu dari 3 bersaudara.
Remaja yang bercita-cita memiliki perusahaan teknologi dan informasi ini juga mengatakan kali pertama mencari dan menemukan celah keamanan, ia tidak mendapatkan kompensasi apapun.
Hingga satu ketika ia menemukan celah di portal milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Ia diajak main ke kantor tersebut, kemudian mendapatkan penghargaan sebagai hadiah pertamanya menjadi bug bounty atau pencari celah keamanan sistem.
Kemudian ia merambah ke perusahaan Indonesia dan perusahaan di mancanegara, dan ia pun tertantang mencari celah keamanan Google.
Bercerita tentang pengalamannya melaporkan celah keamanan di Google, ia sudah lakukan sejak akhir 2020, tapi baru diterima 2021.
"Lapor di Google sudah 5 kali, tapi yang 4 ditolak karena dianggap tidak valid," ujar Dzakir.
Ia terus mencari dan melaporkan temuannya dengan bantuan rekannya dan akhirnya mendapatkan jawaban dari Google.
Laporan terakhir sempat ditolak karena Google tidak memahami temuannya di sistem mereka.
Silang pendapat terjadi, dan akhirnya bug baru temuan Dzakir rupanya jarang ditemukan bug hunter lain.
"Debat hingga setengah bulan untuk menjelaskan bug itu valid dan bisa diterima, akhirnya mendapatkan hadiah $ 5.000," tambah Dzakir.
Hingga pada 2022, kerentanan yang ia temukan menjadi kerentanan terbaik yang ditemukan dalam kategori abusing feature sebagai best vulnerabilty abusing feature.
Ia diberi kesempatan diwawancarai tim security engineering Google.
Dzakir juga mempelajari bidang lain selain bug bounty sebagai lomba Capture of Flag (CTF).
Ini lomba hacking dengan beberapa kategori seperti digital forensic, binary exploitation, reverse engineering, open source intelligence, web exploitation, miscellaneous, hingga cryptography.
Kali pertama mengikuti lomba CTF tahun 2020 yang dikelola oleh Kompetisi Komunitas Siber (KKS) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD).
"Di waktu awal lomba tidak dapat juara di tahun 2020, tahun 2021 KKS TNI AD memperoleh juara 2 dengan skala internasional," ucap Dzakir.
Tahun berikutnya, 2022 berhasil juara 1 tingkat nasional untuk lomba CTF di Kota Tangerang dan saat itu mengikuti lomba bertiga dengan rekannya yang lain.
Saat berita dan informasi mengenai kemampuannya menemukan celah keamanan Google, Dzakir mengaku kawan-kawannya langsung mengirimkan ucapan selamat.
Lucunya, ada juga kawan Dzakir yang meminta tolong padanya untuk meretas akun Instagram pacar mereka.
Hadiah yang ia terima dari Google. sebagian ia berikan orang tua, sebagian lainnya ia gunakan untuk kursus dan menabung.
Meskipun saat ini statusnya masih pelajar, ia diperbolehkan bekerja dan tidak diwajibkan berangkat ke sekolah.
"Sekolah di SMK ialah mendidik siswa supaya bisa dapat kerja, bila ada siswa SMK yang sudah bekerja biasanya didukung," tutur Dzakir.
Cita-citanya ke depan ialah bisa diterima di Prodi Teknik Informatika Universitas Diponegoro (Undip) Semarang.
Kepala SMKN 8 Semarang, Harti SPd MKom, mengatakan siswanya merupakan generasi bibit unggul yang tumbuh di lahan subur.
"Abdullah Mudzakir siswa SMKN 8 Semarang dirawat dengan cinta sehingga prestasinya mendunia, ibadahnya kelas langit, pergaulannya membumi," puji Harti.(Tribunnews.com/TribunJateng.com/Amanda Risqiyana)
ARTIKEL INI JUGA TAYANG DI ;
Baca Selanjutnya: Sosok dzakir anak guru ngaji jadi hacker dihadiahi ribuan dollar usai jebol sistem keamanan google