Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Rakit Bambu Sarolangun Pernah Rajai Perairan Sungai Batanghari Jambi

Rakit bambu Sarolangun Jambi pernah merajai perairan Sungai Batanghari, dipakai mengangkut getah karet oleh para tauke.

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Rakit Bambu Sarolangun Pernah Rajai Perairan Sungai Batanghari Jambi
TRIBUN JAMBI/ABDULAH USMAN
Warga Sarolangun, Jambi, menyiapkan rakit bambu yang digunakan untuk berakit di Sungai Batang Tampis hingga Batanghari menuju Kota Jambi. 

Jauh berbeda dengan rakit-rakit yang ada saat ini yang memiliki panjang maksimal 12 meter. Selain beda penggunaan dan peruntukannya juga kapasitas yang berbeda pula.

Namun aktivitas berakit tersebut sudah mulai hilang, kisaran 1972 seiring kemajuan transportasi dan perkembangan di Kabupaten Sarolangun.

Peradaban Sungai di Masa Jaya

Berbeda rakit getah era tahun 1920-1972 yang banyak digunakan sebagai rakit angkutan, untuk merakit milir berakit (rakit budaya) yang saat ini masih terus dilestarikan oleh para pecinta rakit di Sarolangun.

Meski secara bentuk sekilas masih sama dengan rakit pada umumnya, hanya saja untuk diameter dan kapasitas jauh lebih kecil.

Namun untuk penggunaan dan keterampilan mengendarainya masih sama.

Menurut Datuk H Abd Suud Alami, awal tradisi milir berakit sudah berjalan pada tahun 2001 di bawah komunitas PPKL.

Berita Rekomendasi

Kemudian berlanjut di 2002-2005 di bawah komunitas Wanala (pecinta alam) setelah beberapa kegiatan berakit diikuti hingga menggelar berakit ke Kota Jambi di 2006.

"Pada tahun ini kita (pecinta rakit) sarolangun kembali akan melakukan ekspedisi menuju kota Jambi, setelah sempat vakum akibat pandemi di 2022 ini kita kembali berlayar," ujarnya.

Menurutnya, berlangsung tidaknya kegiatan tradisional berakit ini tergantung dari siapa pemimpinnya.

Jika pemimpin tidak ada kepedulian akan tradisi dan nilai budaya kegiatan seperti ini sulit untuk dapat terus dilestarikan.

Karena kegiatan milir berakit ini selain untuk mengembalikan tradisi berakit, juga sebagai bentuk pemerhati kondisi Sungai Batanghari.

Juga menurutnya sebagai bentuk mengenang kejayaan Sungai Batanghari yang menjadi kebanggaan masyarakat dari dahulu hingga saat ini.

"Harapan ke depan, tradisi ini harus diteruskan. Sebagai implementasi jambi tempo doeloe. Merupakan sejarah dan simbol perekonomian masyarakat, " tandasnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jambi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas