Matano, Danau Purba Terdalam Ada di Luwu Timur, Pusat Peradaban Besi Masa Kuno
Danau Matani di Sorowako, Luwu Timur, Sulsel terbentuk akibat aktivitas tektonik di masa purba, dan memiliki jejak peradaban kuno di Nusantara.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
Hasilnya cukup mencengangkan, dan meneguhkan dugaan peradaban besi tertua di Nusantara ada di Danau Matano.
Dikutip dari kanal NatGeo di Grid.id, dari penelitian sosial yang dilakukan, aktivitas tektonik di danau ini termasuk sangat aktif.
Kawasan itu terbentuk atas beberapa segmen, yakni segmen Ballawai, Matano, Kuleana, Pamsoa, Lontoa, Geresa, dan Pewusai.
Hal itu juga menyebabkan mengapa Danau Matano sering terjadi gempa.
"Inilah bukti sesarnya masih aktif. Lempengnya saling bergerak dan membentuk sebuah danau. Baru-baru ini sering terjadi gempa di segmen Matano dan Pamsoa," kata Reza Permadi.
Reza Permadi adalah Ketua Forum Geosaintis Muda Indonesia, yang ikut dalam peliputan mendalam tentang Riwayat Danau Matano.
Kawasan di sekitar danau ini juga memiliki kandungan besi dan nikel yang tinggi. Keberadaan sumber material itulah yang meletakkan Danau Matano ada di lintasan penting sejarah peradaban besi.
Cerita rakyat, menurut Reza, mendukung situasi Danau Matano. Salah satunya cerita Putri Loeha dan Payung Saktinya.
Berkisah tentang lenyapnya kampung Pontada. Jika dikaitkan kondisi geologis Danau Matano, lenyapnya kampung tersebut adalah akibat gempa.
"Cerita ini mendukung interpretasi kami kalau Danau Matano sesarnya aktif dan dahulu kala ada kehidupan di sana," katanya.
Temuan arkeologis di sekitar Danau Matano tersebar di beberapa tempat. Seperti Pantai Ide, Goa Tengkorak, Pulau Ampat, Mata air bura-bura, Segmen Matano, Bukit Butoh, dan Air Terjun Mata Buntu.
Berdasarkan kisah rakyat lenyapnya kampung Pontada, para peneliti bawah air kemudian mencoba menelisiknya.
Kajian daratan tenggelam yang disebabkan naiknya permukaan air disebut sebagai Submerged Landscape Archaeology.
Berbeda dengan penelitian arkeologi bawah air biasanya. Danau Matano memiliki air yang jernih sehingga artefak yang tersebar dapat dilihat secara jelas.