Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sejak SD Ingin Jadi Pramugari

Cita-cita pramugari itu ternyata terus dipupuk Dewi hingga bersekolah di SMK 57, Ragunan, Jakarta Selatan

Editor: Rachmat Hidayat
zoom-in Sejak SD Ingin Jadi Pramugari
TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN
Wajah sedih dan cemas terlihat dari keluarga korban jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 100 yang menunggu kabar di posko di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (10/5/2012). Pesawat Sukhoi Super Jet 100 jatuh di Tapak Batu, Kaki Gunung Salak, Jawa Barat, dalam penerbangan uji coba dengan jumlah penumpang 47 orang. 

TRIBUNNEWS.COM,TANGERANG--Dewi Mutiara Intan bercita-cita sebagai pramugari. Impiannya itu sudah diceritakan kepada ayahnya, Sidup Usman saat masih menjalani pendidikan sekolah dasar. Cita-cita itu langsung didukung sang ayah.

"Saya bilang, saya akan dukung kamu melalui doa dan materi," kata Sidup kepada Tribun.

Cita-cita pramugari itu ternyata terus dipupuk Dewi hingga bersekolah di SMK 57, Ragunan, Jakarta Selatan. Saat itu pun ayahnya kembali menanyakan cita-cita Dewi.

"Saya cerita kasus Adam Air yang hilang di lautan. Saya ingatkan resikonya. Dia bilang masalah umur itu Allah yang punya, mau kerja duduk di rumah, di jalan, di udara kalau Allah sudah menghendaki. Akhirnya saya dukung semoga cita-citanya tercapai," tuturnya.

Selepas lulus sekolah, Dewi tidak langsung berprofesi sebagai pramugari. Ia sempat merasakan kerja di bidang perhotelan yakni di Hotel Grand Pacific. Dewi beralasan pekerjaan itu sebagai batu loncatan menuju karir di bidang pramugari.

Bekerja sebagai front office di hotel membuat kemampuan bahasa Inggris, Mandari dan Jepang terasah. Saat Dewi melamar di Lion Air, persyaratan menjadi pramugari dengan mudah dapat dilalui.

"Ia senang cita-cita tercapai dan banyak teman. Saya bilang syukurlah kalau kamu bekerja di bidang yang kamu senangi, jadi tidak akan berpindah-pindah lagi," imbuh Sidup.

Berita Rekomendasi

Selama di Lion, Dewi telah melanglang buana ke hampir seluruh Indonesia. Dewi juga sempat terbang ke Vietnam. Karena ia tidak tinggal bersama orangtua, maka komunikasi melalui telepon seluler menjadi penghubung Dewi dengan keluarga. Gadis yang genap berusia 25 tahun pada 24 April kemarin itu selalu menghubungi keluarga sebelum bertugas.

"Dia selalu telepon ibunya sebelum terbang, meminta restu, terus kalau sudah sampai ke tujuan, dia telepon lagi kalau sedang menuju hotel," kata Sidup.

Dewi juga selalu membawa cindera mata setiap singgah di suatu kota. Cindera mata itu lalu diberikan kepada ayah-ibu serta adik-adiknya. Namun, Sidup mengaku adik-adik Dewi tidak ada yang mau mengikuti jejak kakaknya menjadi pramugari.

"Anak wanita saya yang terakhir maunya jadi dokter, saya dukung juga. Saya bilang sekolah yang pintar," ujarnya. Ferdinand

Baca juga:

Kala Mbah Gunung Salak 'Mengatur' Cuaca

Sumber: TribunJakarta
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas