Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pembacok Alawy 'Veteran' SMAN 70

FR yang tercatat sebagai siswa XII SMAN 70 diduga sebagai pelaku pembacokan terhadap almarhum Alawy.

Editor: Rachmat Hidayat
zoom-in Pembacok Alawy 'Veteran' SMAN 70
Kompas Nasional/WISNU WIDIANTORO
Ibunda almarhum Alawy Yusianto Putra, Endang Puji Astuti mengikuti pemakaman putranya di TPU Poncol Pedurenan, Tangerang, Selasa (25/9/2012). Alawy adalah siswa SMAN 6, Bulungan, Jakarta Selatan, yang menjadi korban tewas dalam tawuran pelajar dengan SMA tetangganya, SMAN 70. KOMPAS/WISNU WIDIANTORO 

"Belum tersangka. Orang menetapkan tersangka harus berdasarkan pemeriksaan. Bagaimana, orang diperiksa saja belum, kok sudah jadi tersangka," ujarnya.

Menurut Wahyu, saat ini pihaknya masih melakukan pengembangan dan pengejaran terhadap sejumlah pelaku yang diduga terlibat dalam tawuran yang mengakibatkan korban jiwa itu, di antaranya sudah memeriksa lima orang saksi. "Lima saksi yang kami periksa, dua adalah dari siswa SMA 6, dua dari guru SMA 6, kemudian satu dari SMA 70," ujarnya.

Wahyu meminta agar jajarannya diberi kesempatan menangani kasus ini. "Untuk itu, kami minta rekan-rekan untuk memberikan kesempatan dan waktu untuk melakukan itu. Nanti kalau sudah ada hasil akan kami sampaikan," kata dia.

Kepala Sekolah SMAN 70 Jakarta, Saksono Liliek Susanto menolak pihaknya disalahkan atas seringnya tawuran antarasiswa SMAN 70 dengan siswa sekolah tetangga, SMAN 6 Jakarta.

Saksono Liliek Susanto, menyatakan kerap terjadinya tawuran antara siswa sekolahnya dengan siswa sekolah tetangga, SMAN 6 Jakarta, bukan salah pihak sekolahnya. Pihak sekolah tidak bertanggung jawab atas tawuran itu. Sebab, tawuran itu terjadi di luar sekolah.

"Saya balik pertanyaannya, kalau di luar sekolah tanggung jawab sekolah bukan? Hal yang terjadi di luar bukan ranah kami, jangan salahkan kami," ujar Saksono.

Menurut Saksono, pihak sekolah telah berusaha melakuan pencegahan agar tawuran tidak terjadi. Langkah-langkah yang sudah dilakukan, di antaranya pembinaan kesiswaan, mengeluarkan siswa yang terlibat tawuran dan membawa senjata tajam, razia di kelas, hingga razia ke tempat tongkrongan siswa.

Berita Rekomendasi

"Tahun ini, pada Januari ada dua siswa yang kami keluarkan karena membawa celurit untuk tawuran, yang satu mengundurkan diri. Data lengkapnya ada di bagian kesiswaan," ujarnya.

Saksono menceritakan, dari catatan sekolah, umumnya tawuran siswanya terjadi seusai jam sekolah. "Biasanya tawuran setelah pulang jam sekolah, yakni malam hari dan setelah bimbel (bimbingan belajar). Kadang-kadang tawuran jam 11 malam, jam 9 malam, jam 7 malam. Pernah juga jam 1 malam tawuran di GOR. Saya juha heran, ini apa yah. Kalau sudah begini, apa mau menyalahkan sekolah," kata dia.

"Kalau di luar tanggung jawab siapa? Masa' sekolah? Kan tanggung jawab polisi, masyarakat, dan orangtuanya," imbuhnya. rro/thf/coz


Sumber: TribunJakarta
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas