Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Politik Pencitraan Bisa Jadi Menggali Kubur Sendiri

Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta yang sebentar lagi akan berakhir, masih dinilai sebagai ajang kontestasi

Penulis: Eri Komar Sinaga
Editor: Widiyabuana Slay
zoom-in Politik Pencitraan Bisa Jadi Menggali Kubur Sendiri
TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN
Petugas KPU DKI Jakarta membawa kotak suara berisi hasil penghitungan suara ditingat kotamadya saat rapat pleno rekapitulasi hasil penghitungan suara pemilu gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta tahun 2012 putaran kedua di Hotel Borobudur Jakarta Pusat, Jumat (28/9/2012). Rapat ini untuk mengetahui besaran suara yang didapat dua pasang calon untuk menentukan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017. TRIBUNNEWS/HERUDIN 

Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Eri Komar Sinaga

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta yang sebentar lagi akan berakhir, masih dinilai sebagai ajang kontestasi (pertarungan) pencitraan masing-masing pasangan calon.

Siti Zuhro, Peneliti Politik senior LIPI, mengatakan baik Fauzi Bowo atau Joko Widodo melakukan politik pencitraan dengan gayanya masing-masing.

"Di situ ada yang melakukan politik pencitraan lugas dengan caranya, biar saja seperti ini. Ada yang dimake-up (dirias) sedemikian rupa supaya dirinya terkesan sangat utuh," ujar Zuhro dalam diskusi santai 'Pembelajaran Pilkada DKI untuk Penataan Pilkada Indonesia' di Bakoel Koffie, Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (30/9/2012).

Namun, lanjut Zuhro, metode politik pencitraan tersebut justru bisa menggali kubur sendiri karena bisa menjadi bom waktu.

"Ada keinginan akhirnya dari masyarakat untuk menguak mengapa yang bersangkutan politik pencitraannya diutamakan. Itu sebenarnya cara satu sisi bahwa ada yang tidak mumpuni untuk menajamkan programnya," lanjut Zuhro.

Dikatakannya, masyarakat seharusnya tidak diberikan cek kosong dengan menjual pencitraan yang menonjol. Sebab dengan pencitraan yang kental, justri niatan membangun Jakarta kemudian dipertanyakan.

Berita Rekomendasi

"Kontestasinya memang belum utuh menurut saya. Satunya kental dengan politik pencitraan satunya kental dengan top down elitismenya. Kita disuguhi kekuatan yang tidak bisa kita kompetisikan atau komprtasikan (perbandingkan)," jelasnya.

METROPOLITAN POPULER

Sumber: TribunJakarta
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas