Politik Pencitraan Bisa Jadi Menggali Kubur Sendiri
Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta yang sebentar lagi akan berakhir, masih dinilai sebagai ajang kontestasi
Penulis: Eri Komar Sinaga
Editor: Widiyabuana Slay
![Politik Pencitraan Bisa Jadi Menggali Kubur Sendiri](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/20120928_Rapat_Pleno_Rekapitulasi_Pilkada_DKI_Jakarta_Putaran_Kedua_9275.jpg)
Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Eri Komar Sinaga
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta yang sebentar lagi akan berakhir, masih dinilai sebagai ajang kontestasi (pertarungan) pencitraan masing-masing pasangan calon.
Siti Zuhro, Peneliti Politik senior LIPI, mengatakan baik Fauzi Bowo atau Joko Widodo melakukan politik pencitraan dengan gayanya masing-masing.
"Di situ ada yang melakukan politik pencitraan lugas dengan caranya, biar saja seperti ini. Ada yang dimake-up (dirias) sedemikian rupa supaya dirinya terkesan sangat utuh," ujar Zuhro dalam diskusi santai 'Pembelajaran Pilkada DKI untuk Penataan Pilkada Indonesia' di Bakoel Koffie, Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (30/9/2012).
Namun, lanjut Zuhro, metode politik pencitraan tersebut justru bisa menggali kubur sendiri karena bisa menjadi bom waktu.
"Ada keinginan akhirnya dari masyarakat untuk menguak mengapa yang bersangkutan politik pencitraannya diutamakan. Itu sebenarnya cara satu sisi bahwa ada yang tidak mumpuni untuk menajamkan programnya," lanjut Zuhro.
Dikatakannya, masyarakat seharusnya tidak diberikan cek kosong dengan menjual pencitraan yang menonjol. Sebab dengan pencitraan yang kental, justri niatan membangun Jakarta kemudian dipertanyakan.
"Kontestasinya memang belum utuh menurut saya. Satunya kental dengan politik pencitraan satunya kental dengan top down elitismenya. Kita disuguhi kekuatan yang tidak bisa kita kompetisikan atau komprtasikan (perbandingkan)," jelasnya.
METROPOLITAN POPULER
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.