Kopassus Berharap Ciliwung Seperti Sungai Hang Seoul
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) berencana menjadikan sejumlah titik di Sungai Ciliwung, sebagai kawasan ekowisata.
Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Budi Sam Law Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) berencana menjadikan sejumlah titik di Sungai Ciliwung, sebagai kawasan ekowisata.
Niat itu dapat terwujud setelah proyek normalisasi Sungai Ciliwung dilakukan, juga dengan penghijauan dengan menanam pepohonan di bantaran sungai.
"Ke depan, sungai di Jakarta kanan kirinya harus hijau. Targetnya, selain untuk air bersih, juga bisa jadi tempat ekowisata yang menarik warga," kata Jokowi usai menyusuri Sungai Ciliwung sepanjang lima kilometer, di kawasan Markas Kopassus di Cijantung, Jakarta Timur, Jumat (5/4/2013).
Untuk mewujudkannya, lanjut Jokowi, akan digelar kegiatan karya bakti, yakni kegiatan aksi kali bersih yang akan dilakukan pekan depan.
"Kami akan dibantu, tidak hanya dari Kopassus, tapi juga dari Kostrad dan Marinir," ungkap Jokowi.
Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus Mayjen TNI Agus Sutomo menuturkan, selama ini pihaknya telah membuat program untuk menjaga kebersihan Sungai Ciliwung, khususnya aliran sungai di belakang markasnya.
"Sepanjang lima 5 kilometer ini kami buat program green, clean, and healthy. Kegiatan Jumat bersih, Sabtu hijau, dan Minggu Sehat. Pada Jumat bersih, kami bersihkan lingkungan sekaligus bersihkan Sungai Ciliwung sepanjang lima kilogram ini," jelas Agus.
Agus berharap, tidak sampai lima tahun, sebagian aliran Sungai Ciliwung sudah dapat dijadikan daerah ekowisata.
"Tadi ada idenya Pak Jokowi juga. Nantinya di sepanjang sungai akan dibangun rest area. Ada kafe, kantin-kantin, dan sudah hijau. Insya Allah di bawah kepemimpinan Pak Jokowi, tidak sampai lima tahun Sungai Ciliwung sudah seperti Sungai Hang yang membelah Kota Seoul," harap Agus.
Mengenai teknis pembersihan yang selama ini dilakukannya, Agus menjelaskan, di beberapa titik pihaknya menanam jaring apung untuk menjebak sampah. Sampah kemudian diangkut dan dikelola di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) di area perumahan Kopassus.
"Kami libatkan 21 warga. Ini kan sudah lapangan kerja. Gajinya dari mana? Dari sampah yang didapat lewat jaring penangkap tadi. Kami pilah yang organik dan non organik. Uangnya untuk operasional dan gaji mereka," papar Agus.
Agus menjelaskan, dari pengolahan sampah, terdapat beberapa keuntungan. Di antaranya, sampah dapat menghasilkan pupuk organik dan menghasilkan gas yang dapat digunakan untuk memasak. (*)