INVESTIGASI: Bocah Tuntun Kedua Orangtua Tuna Netra Mengamen, Selalu Bersiasat Hindari Razia
Demi membantu mencari nafkah, bocah ini menuntun kedua orangtua yang tuna netra untuk mengamen di kawasan berbahaya!
Penulis: Agung Budi Santoso
Laporan Wartawan Tribun, Agung Budi Santoso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bocah SD ini nyaris kehilangan waktu bermain. Indahnya masa kecil cuma impian baginya. Itu karena peran dia sebagai pencari nafkah keluarga sekaligus kakak yang bertugas mengasuh adik kecilnya.
Itu masih ditambah dengan tugas melindungi dan membimbing langkah kedua orangtua yang tuna netra saat bepergian kemana-mana, termasuk urusan mencari nafkah.
"Bapak, aku capek banget nih. Kapan kita pulang, masih lama nggak ngamennya?" tanya seorang bocah bernama Abdullah Rozaq, 9,5 tahun, di tengah hiruk-pikuk keramaian Pasar Kebayoran Lama Jakarta, Jumat (24/5/2013).
Iwan Ertanto, 34, sang ayah yang berjalan dengan dituntun di belakang si bocah berusaha menghibur.
"Sabar ya, Nak? Kita kan belum dapat rezeki yang cukup hari ini. Jadi harus sabar cari rezeki itu," kata Iwan, sembari mengelus kepala si bocah.
"Tapi aku capek banget, Bapak. Kakiku berasa pegel-pegel semua. Haus lagi," keluh bocah kelas empat Sekolah Dasar (SD) yang biasa dipanggil Rozaq itu.
Anak ini amat berharap dirinya mendapat kesempatan duduk-duduk, sekedar untuk rehat. Tapi permintaan itu tak dikabulkan sang ayah. Ia malah diminta terus melangkah dalam tugasnya sebagai penunjuk arah jalan.
"Nih, minumanmu. Sambil jalan aja minumnya, tapi jangan minta istirahat dulu ya, Nak," sahut sang ayah sembari mengeluarkan minuman berperisa buah kemasan gelas plastik dari dalam tas.
Rozaq langsung menyeruput minuman kemasan itu dengan sedotan kecil. Dalam sekejap, minuman itu habis. Maklum, hari itu memang cuaca sungguh panas, ditambah dengan ramainya pasar membuat si bocah cepat lelah dan stres.
Tapi itulah 'tugas harian' bocah bernama lengkap Muhammad Abdullah Al Rozaq itu. Sepulang sekolah, ia bukannya bermain-main bola lazimnya anak-anak tetangga seusianya di kawasan Jombang, Tangerang Selatan, provinsi Banten.
Dalam kondisi lelah ia langsung mengantar kedua ayah dan ibunya yang tuna netra itu mengamen karaoke dari satu pasar tradisional satu ke pasar tradisional lain.
Ayahnya memanggul perangkat tape recorder berbentuk kotak untuk memutar kaset karaoke lagu-lagu pop lawas. Sang ibu, Titik Wuryani, 42, bertugas sebagai penyanyi.
Baik Iwan maupun Titik, sama-sama penyandang tuna netra (buta). Karena itu, langkah mereka mencari nafkah dengan cara mengamen karaoke amat tergantung dari peran Rozaq sebagai penuntun langkah dan penunjuk arah jalan.