Pedagang Kerak Telor Keluhkan Mahalnya Sewa di Arena PRJ
Pekan Raya Jakarta(PRJ) yang diartikan sebagai pesta rakyat malah digunakan untuk mencari keuntungan semata
Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Bintang Pradewo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kemeriahan Hari Ulang Tahun (HUT) DKI Jakarta ke-486 yang diselenggarakan di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat tidak dibarengi oleh limpahan rezeki yang melimpah bagian sebagian pedagang makanan khas Betawi di Jakarta. Pasalnya, Pekan Raya Jakarta(PRJ) yang diartikan sebagai pesta rakyat malah digunakan untuk mencari keuntungan semata dibandingkan pelestarian budaya betawi.
Pantauan Warta Kota, ratusan pedagang kerak telor mencari rejeki di pinggir jalan menuju PRJ yang diselenggarakan di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat. Karena sewa tempat yang dirasa cukup mahal membuat para pedagang rela berpanas-panasan serta kehujanan di jalan menuju PRJ.
"Di pinggiran jalan saja sewanya Rp 400 ribu, apalagi di dalam. Pasti jutaan deh harga sewanya," keluh salah seorang pedagang kerak telor, Dede (19) kepada Warta Kota di Jalan Sentani, Kelurahan Gunung Sahari, Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (12/6/2013).
Pria asal Garut itu menuturkan bahwa dirinya menjual kerak telor dalam dua jenis. Kalau menggunakan telor bebek, Dede menjual kerak telor seharga Rp 15 ribu. Sedangkan dengan telor ayam dijual dengan harga Rp 12 ribu.
"Sehari bisa jualan kira-kira 10 sampai 15 porsi kerak telor. Untungnya paling cuma Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu," katanya.
Dalam kesempatan itu, Dede mengaku sengaja datang ke Jakarta untuk berjualan kerak telor pada event PRJ. Hal ini dilakukan dalam rangka mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Padahal, keseharian Dede berjualan bakso di kampung halamannya.
"Kalau PRJ khusus kan setahun sekali. Kalau biasa jualan bakso di kampung," katanya.
Ketika ditanya bahwa kerak telor merupakan kuliner asli Betawi, Dede menjelaskan dirinya belajar dari ayahnya yang berjualan kerak telor juga. Dia mengatakan bahwa ingin meneruskan budaya kuliner khas Betawi itu.
"Kalau sama orang Betawi enggak dilestarikan, sama orang Sunda saja yang melestarikan," katanya.
Dedi (53), salah seorang pedagang kerak telor di depan kawasan JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, mengungkapkan bahwa pedagang yang berada di sekitar jalan-jalan Kemayoran merupakan pedagang yang berasal dari Garut, Jawa Barat.
"Yang dagang di pinggiran jalan itu 100 persen dari Garut," kata Dedi.
Dedi menjelaskan bahwa mereka sengaja datang ke event tahunan Jakarta itu untuk mencari nafkah. Pasalnya, jika di kampungnya pendapatannya tidak akan berlimpah seperti di PRJ.
"Mereka khusus dari Garut. Karena PRJ ini acara tahunan untuk memperingati hari ulang tahun kota Jakarta," katanya.