Ki Kusumo Geram Anggotanya di Komando Pejuang Merah Putih Kena Tembak
Ki Kusumo merasa geram lantaran salah satu anggota KPMP, Ryan Yogianto (24) menjadi korban salah tembak oleh oknum polisi
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Komando Pejuang Merah Putih (KPMP), Ki Kusumo merasa geram lantaran salah satu anggota KPMP, Ryan Yogianto (24) menjadi korban salah tembak oleh oknum polisi yang diduga dari Polsek Sindang, Indramayu.
“Salah tembak seperti ini bukan pertama kali. Saya pertanyakan profesionalisme polisi. Jika sudah berkali-kali, terlatih atau tidak itu anggota. Nah kejadian itu kini menimpa anggota saya,” tutur Ki Kusumo saat menggelar jumpa pers di Jakarta, Minggu (28/7/2013).
Produser “Biola Cinta Rembulan” ini juga menyesalkan sikap pelaku.
“Mereka cuma memberi Rp 10 juta. Orang yang ditembak antara hidup dan mati. Kalau nyawanya tak tertolong apa cukup duit itu,” selorohnya.
Karena itulah, pria yang juga berprofesi sebagai aktor dan konsultan supranatural ini berniat mengadukan kasus tersebut Direktorat Propam Mabes Polri.
“Kami akan ke Mabes Polri, ke Dit Propam. Untuk mengadukan masalah ini,” tandasnya.
Sementara itu, kakak kandung korban, Leny Marlianti (36) mengungkapkan kejadian bermula saat adiknya hendak pulang ke Dermayu, Indramayu Jawa Barat, Jumat (26/7/2013) malam sekitar pukul 21.00 WIB.
“Saat menuju rumah, ada keramaian. Adik saya mungkin penasaran, dia parkir motor melihat apa yang terjadi. Tiba-tiba dia mendengar suara letusan dan merasakan ada sesuatu mengenai dada kirinya. Ketika diraba sudah berlumuran darah,” ujar Leny saat mendampingi Ki Kusumo.
Oleh seorang polisi, korban dilarikan ke RSUD Indramayu.
“Saat itu ada polisi bernama Dedi menghampiri saya, dia bilang 'bu maafkan saya, saya sedang menjalankan tugas, saya akan bertanggung jawab penuh'. Sepertinya dia yang menembak,” jelasnya.
Karena peralatan medis tak memadai, korban akhirnya dibawa ke ke RS Pertamina Klayan Cirebon. Di sana akhirnya dirujuk ke RS Hasan Sadikin Bandung.
Sabtu sekitar pukul 16.00 WIB, peluru bisa dikeluarkan lewat operasi.
“Polisi sempat meminta barang bukti peluru. Tapi saya minta itu diserahkan ke saya, karena saya yang bertanggung jawab operasinya. Kan sebelum dioperasi, polisi tak mau tanda tangan tertulis bahwa mereka yang bertanggungjawab,” jelas Leny lagi.
Sempat terjadi rebutan barang bukti, hingga akhirnya dilerai sama dokter.
“Soal peluru silakan ambil, tapi selesaikan masalah ini sampai tuntas dan bikin pernyataan tertulis kalau polisi mau bertanggungjawab sepenuhnya,” kata Leny menirukan ucapan sang dokter tersebut.