Tak Mudah Ajak Warga Bantaran Waduk Ria Rio Pindah
Merelokasi warga yang sudah bermukim bertahun-tahun di lokasi yang menurut hukum salah, tak semudah membalikkan telapak tangan.
Penulis: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Merelokasi warga yang sudah bermukim bertahun-tahun di lokasi yang menurut hukum salah, tak semudah membalikkan telapak tangan.
Persoalan itu pula yang dihadapi Pemprov DKI Jakarta, untuk merevitalisasi waduk yang banyak ditinggali warga, salah satunya di Waduk Ria-Rio, Pulogadung, Jakarta Timur.
Untuk meyakinkan warga agar mau pindah dari waduk ke rumah susun yang disediakan Pemprov DKI sebagai tempat tinggal pengganti, tentu perlu pendekatan yang tidak bisa sekali dua kali.
Wali Kota Jakarta Timur Krisdianto mengungkapkan, pihaknya harus berkali-kali turun langsung ke pemukiman warga untuk melakukan dialog, agar warga mau pindah dan sadar bahwa waduk ini bukanlah tempat yang benar untuk dihuni.
"kami juga sering mengundang warga untuk sosialisasi sebanyak tiga kal. Terakhir sebulan lalu," kata Krisdianto di Jakarta, Jumat (30/8/2013).
Dalam melaksanakan sosialisasi, Krisdianto dihadapkan banyak tantangan. Yang paling berat tentu merebut hati warga yang sebagian besar tidak percaya Pemprov DKI akan berbaik hati memberikan tempat tinggal.
"Tentu ada di mana-mana, itu pasti ada. Orang Indonesia kan inginnya serba enak. Tapi ini kan harus kami proses, harus ada pembelajaran bagi masyarakat," tutur Krisdianto.
Salah satu cara meyakinkan warga, dengan memperlihatkan fisik rumah susun beserta perabotannya. Itu sudah dilakukan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dengan mengajak warga melihat Rumah Susun Pinus Elok, Cakung, Jakarta Timur.
"Tadi mereka melihat ke Pinus Elok. Senang sekali, daerah elite, rumah susun, fasilitas lengkap, listrik air, segalam macam ada," papar Krisdianto.
Meski sudah mendapatkan Rumah Susun Pinus Elok yang sudah dilengkapi televisi, kulkas, tempat tidur, lemari, dan lainnya, ternyata masih ada warga yang merasa kurang. Salah satunya sarana pendidikan, sehingga anak yang dulu sekolah di dekat rumah, sekarang harus menempuh jarak yang jauh.
Melihat kondisi itu, Krisdianto mengatakan semua perubahan tentu memerlukan suatu pengorbanan. Jika tidak ingin jauh dari rumah susun, Krisdianto mengimbau supaya anak-anak yang bersekolah pindah ke lokasi yang dekat dengan hunian.
"Ya menyesuaikan, dekat sekolah situ, cari sekolah situ. Perubahan memerlukan pengorbanan. Kalau enak, semua datang ke jakarta," tutur Krisdianto. (*)