Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Demi Nafkahi Keluarga, PKL KS Tubun Berjualan Lagi

Betapa tidak, para PKL semenjak siang hanya bisa menyaksikan puluhan petugas Satpol PP yang berjaga di kawasan itu

zoom-in Demi Nafkahi Keluarga, PKL KS Tubun Berjualan Lagi
Wartakotalive.com/Banu Adikara
Aparat Satpol PP Jakarta Barat menertibkan puluhan lapak pedagang barang loak, yang mangkal di sepanjang Jalan Aipda KS Tubun, Kelurahan Kota Bambu Selatan, Jakarta Barat, Rabu (14/8/2013). 

Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Feryanto Hadi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kucing-kucingan yang terjadi antara petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dengan para Pedagang Kaki Lima (PKL) di Jalan Aipda KS Tubun, Kelurahan Kota Bambu Selatan, Jakarta Barat, menjadi pemandangan yang menggelikan sekaligus mengharukan.

Betapa tidak, para PKL semenjak siang hanya bisa menyaksikan puluhan petugas Satpol PP yang berjaga di kawasan itu. Pada sore hari, sekitar pukul 16.00 WIB atau beberapa menit selepas rombongan petugas Satpol PP pergi, puluhan orang keluar dengan membawa berbagai barang dagangan mereka.

Tindakan kucing-kucingan seperti ini memang sudah dilakukan para PKL karena belum jelasnya proses pemindahan mereka ke tempat relokasi yakni di PD Pasar Slipi sejak dilakukan penggusuran pada 18 Agustus silam. Tuntutan menafkahi keluarga, menjadi penyebab para pedagang kembali berjualan meski sudah dilarang. Seperti yang diungkapkan salah satu pedagang bernama Undang Ibrahim (53).

Dorongan untuk memenuhi tanggung jawab menafkahi keluarga membuatnya rela berjualan kembali meski dengan perasaan was-was.

"Saya tidak tahu lagi harus bagaimana. Saya punya tanggungan lima anak dan seorang istri. Kalau nggak jualan kami sekeluarga mau makan apa?" katanya ditemui saat sedang menggelar lapak, Selasa (3/9/2013).

Sebenarnya dia menyadari apa yang dilakukannya melanggar aturan. Tetapi apa boleh buat, himpitan ekonomi yang terus melandanya membuat dia dan para PKL lainnya terpaksa menggelar kembali lapak mereka.
Bahkan, semenjak ada penggusuran, dia tidak bisa lagi memperpanjang kontrakan miliknya yang tarifnya hanya ratusan ribu.

BERITA REKOMENDASI

"Saya sekarang tinggal seadanya, numpang di kawasan Museum Tekstil. Yang penting bisa tidur karena saya sudah tidak bisa bayar uang sewa," kata pedagang sepatu ini.

Untung Ibrahim mengatakan, hasil penjualan saat ini, sangat berbeda jauh dengan penjualan sebelum adanya penggusuran.

"Kita jualan dari jam empat sampai jam sepuluh malam. Dari segi penghasilan jelas berbeda. Kalau lagi ada yang beli, bisa jual lima pasang sepatu. Pernah juga jualan nggak laku sama sekali," ungkapnya.

Saat ini, para PKL di kawasan Jalan Aipda KS Tubun terus dilanda kegusaran akibat ketidakpastian nasib mereka. Undang Ibrahim menyebut bahwa pemerintah seolah membiarkan para PKL terkatung-katung.

"Sampai sekarang belum ada kepastian. Kami sudah menunggu dua minggu. Kami tidak tenang kalau terus-terusan begini," katanya.


Iling (50), PKL lainnya, meminta kepada pemerintah dalam hal ini Sub Dinas Perdagangan dan UMKM Jakarta Barat untuk segera memberikan kepastian terhadap nasib mereka.

"Kami semua sudah memasukkan data pengajuan, termasuk dokumen-dokumen yang dibutuhkan. Kami minta kejelasan kapan mau dipindahkan. Jualan kayak gini kami juga tidak tenang," katanya.

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas