Ali Arifin: Saya Disertir Brimob
Ali Arifin, ternyata pernah menjadi anggota pasukan elite Polri, yakni Brigade Mobil (Brimob).
Penulis: Abdul Qodir
Laporan Wartawan Tribunnews.com Abdul Qodir
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ali Arifin, satu dari dua korban penyekapan di sebuah ruko Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Barat, ternyata pernah menjadi anggota pasukan elite Polri, yakni Brigade Mobil (Brimob).
KEHIDUPAN Ali Arifin, mengalami "arus balik" pada tahun 1993 silam. Kala itu, ia harus memilih satu dari dua pilihan sulit: tetap menjadi anggota Brimob, atau melakukan disersi agar bisa menghidupi keluarganya.
"Sekarang, saya memang warga biasa. Tapi sampai tahun 1993, saya adalah anggota Brimob," kata Arifin yang tercatat sebagai Warga Lubuklinggau, Sumatera Selatan ini, Sabtu (21/9/2013).
Dulu, Arifin bertugas di Kompi 5131 Brimob, persisnya di Kota Kediri, Jawa Timur. Di sana, ia mendapat pangkat Kopral Satu (Koptu).
Meski menjadi anggota pasukan elite, kehidupannya jauh dari kesan berkecukupan, apalagi mentereng. Ia mengaku, kondisi keuangannya morat-marit. Sebab gajinya sebagai serdadu, tak mampu mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
Arifin lantas memutuskan untuk mencari tambahan penghasilan dari luar kedinasannnya. Sembari menjadi polisi, ia juga memiliki sejumlah pekerjaan sampingan agar bisa membuat dapur rumahnya mengepulkan asap.
Namun, lama kelamaan, aktivitasnya menjadi berat sebelah. Arifin, justru lebih suka bekerja di luar kedinasannya. Alhasil, ia seringkali membolos tak masuk markas.
Tak mau dianggap ingkar sumpah jani prajurit, Arifin akhirnya mengajukan permohonan untuk berhenti kepada komandannya.
Ia bertekad, meninggalkan satuannya agar mampu mencari pekerjaan yang lebih menjanjikan dari segi ekonomi.
"Saat itu hidup dan ekonomi keluarga saya hancur betul. Saya terpaksa keluar dari brimob. Saya mundur tahun 1993. Langsung pergi, disersi, langsung proses dipecat. Baru pada 1998 saya masuk ke Lubuk Lingau," ujarnya.
Selanjutnya, Ali tinggal di Kampung Tanah Priok RT 4/5 Kelurahan Lubuk Lingau Selatan II, Sumsel, bersama tiga anaknya. Di daerah itu, Ali menjadi petani hingga mencoba-coba usaha jual beli bibit dan buah sawit.
Namun, tetap saja ekonomi keluarga Ali belum terbilang baik. "Setelah 1998 itu, kok gaji brimob jadi gede yah," selorohnya.
Sampai suatu saat, pria yang dikaruniai dua cucu itu diajak seorang rekannya, Hendra, untuk bekerja di sebuah perusahaan, PT Andatu Putri Internasional (PT API). "Kemudian aku ikut jadi anak buah Hendra di PT API," ujarnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.