Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Marlina Lemas, Tak Menduga Suami Meninggal Ditembak Oknum Polisi

Azan maghrib sudah lewat sekitar setengah jam. Puluhan lelaki duduk bersila sambil terus membaca kalimat tahlil

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Marlina Lemas, Tak Menduga Suami Meninggal Ditembak Oknum Polisi
Warta Kota/Feriyanto Hadi
Suasana di kediaman keluarga Bachrudin, di RT 04/11 Kampung Bojong, Kunciran Indah, Kecamatan Pinang, Tangerang. Bachrudin tewas oleh tembakan oknum polisi koboi 

TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG -- Azan maghrib sudah lewat sekitar setengah jam. Puluhan lelaki duduk bersila sambil terus membaca kalimat tahlil di rumah bercat putih di RT 04/11 Kampung Bojong, Kunciran Indah, Kecamatan Pinang, Tangerang. Seorang dari mereka kemudian memimpin doa, memohon agar almarhum Bachrudin mendapat tempat layak di sisi Sang Pencipta.

Di ruangan tengah rumah milik Titin (50), kakak almarhum Bachrudin itu, seorang perempuan paruh baya duduk lemas. Dia adalah Marlina, istri Bachrudin. Sorot matanya menyiratkan kesedihan yang mendalam. Kepergian sang suami pada Selasa malam lalu menghadap Sang Pencipta, tak pernah dia pikirkan sebelumnya.

"Saya tidak menduga suami saya pergi secepat ini," kata Marlina membuka pembicaraan, Rabu (6/11/2013) malam.

Marlina seketika menangis usai mengucapkan itu. Beberapa kerabat segera menenangkan dia. Marlina terus berkata di tengah sesengguk tangisnya. Ia tampaknya belum rela. Ia merasa begitu kehilangan.

"Nyesek banget. Saya nyesek banget. Anak pertama saya enam bulan lagi mau lulus. Dia pengen banget lihat anaknya bisa menyelesaikan sekolah. Tapi dia malah meninggal," jelasnya.

Tubuh Marlina sangat lemas. Ia tidak bisa duduk dengan tegak. Mengenakan baju hitam dan kerudung putih, ia terus bersandar di tubuh kerabatnya. Air matanya masih tak berhenti mengalir.

"Masih banyak keinginan suami saya yang belum kesampaian. Dia pengen sekali nyenengin anak-anaknya. Saya tidak pernah lupa bagaimana dia berjuang untuk menghidupi kami," kata Marlina

Berita Rekomendasi

Sebelum menjadi security di Komplek Seribu Ruko, Cengkareng, Jakarta Barat, Bachrudin bekerja secara serabutan. Ia pernah menjajal banyak pekerjaan informal, dari menjadi tukang ojek, pedagang hingga akhirnya ia mendapat tawaran dari seorang rekannya untuk menjadi seorang sekuriti.

"Suami saya baru tiga bulan kerja di sana. Sebelumnya kerjanya serabutan, apa saja yang penting bisa dapat nafkah untuk keluarga. Waktu ditawarin jadi security itu dia minta ijin sama saya, katanya mau kerja jadi security buat nambah penghasilan keluarga, buat bantu-bantu saya," kata Marlina yang selama ini bekerja menjaga kios pakaian di Blok A Pusat Grosir Tanah Abang.

Marlina sempat meminta kepada suaminya untuk mempertimbangkan lagi tawaran pekerjaan itu. "Saya bilang, apa abang yakin dengan pekerjaan itu. Kerjaan jadi security kan rawan. Tapi akhirnya kerjanya diambil. Kata dia, lumayan gajinya buat bantu-bantu hidup keluarga," jelas dia.

Marlina mengaku tidak punya firasat apa-apa sebelum kejadian penembakan yang menimpa suaminya. Hanya saja, ada beberapa polah sang suami yang tidak biasanya dia lakukan.

"Hari Senin, dia tumben bilang sama saya pengen cukur cepak. Katanya biar gagah aja, seperti polisi. Dia juga cukur kumisnya dan memotong kuku. Padahal dia tidak biasanya begitu.

Tetapi pada Senin malam, Marlina menambahkan, suaminya mengeluh kurang enak badan. Ia juga berkata kepada Marlina, besoknya dia tidak mau masuk kerja. "Senin malam itu dia bilang capek, ingin istirahat. Tapi besok paginya, saat saya baru bangun, dia sudah mengenakan pakaian kerjanya. Dia bilang hari itu dia mau masuk kerja," terang Marlina.

Marlina selama ini mengenal Bachrudin bukan sebagai pelupa. Tetapi, pada hari itu, Marlina terkejut saat suaminya kembali lagi ke rumah sesaat setelah ia pamit berangkat kerja. "Gesper seragamnya lupa tidak dipakai. Saya sempat menertawakannya. Setelah itu dia berangkat lagi ke tempat kerjanya," kata Marlina.

Marina mengaku sudah ikhlas. Kata dia, masalah umur sudah ada yang mengatur. Umur adalah takdir. Tapi masih banyak hal yang belum bisa dia lupakan, khususnya kenangan saat menjalani hidup dengan suaminya. Dia pun meminta agar pengadilan mengganjar hukuman yang setimpal kepada pelaku.

"Senjata kok malah buat nembak orang nggak bersalah, bukannya nembak penjahat. Saya minta agar pelaku dihukum setimpal. Itu saja," kata Marlina. (Feriyanto Hadi)

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas