Waspadai Bencana Besar dari Tanggul Kanal Barat Jakarta
Peristiwa ini merupakan peringatan alam serius. Jika tidak, bencana banjir awal tahun 2013 bisa terulang kembali
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Konstruksi tanggul Kanal Barat Jakarta rawan jebol. Setelah tanggul di Jalan Latuharhary jebol, kini tanggul di ruas Bendungan Hilir (Benhil) ambles. Peristiwa ini merupakan peringatan alam serius. Jika tidak, bencana banjir awal tahun 2013 bisa terulang kembali.
Ahli hidrologi Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Firdaus Ali, menyampaikan ancaman bahaya tersebut. Menurut Firdaus, kerawanan tanggul Kanal Barat disebabkan oleh sejumlah hal.
”Konstruksi tanggul dibuat tak sempurna. Sebab, dinding beton sisi tanggul tak sampai menyentuh lapisan tanah keras sehingga rentan bermasalah,” kata Firdaus Ali, Rabu (1/1/2013), di Jakarta.
Lapisan tanah yang dimaksud kedalamannya mencapai 25 meter. Sementara menurut pengamatannya, kedalaman dinding beton sisi tanggul hanya sekitar 9 meter.
”Kalau tidak sampai mendalam dinding betonnya, harus ada penahan beton di sisinya,” kata Firdaus.
Hal ini diperparah dengan perawatan dan pengawasan tanggul yang minim. Pengawasan seharusnya dilakukan setiap enam bulan sekali secara langsung dengan menggunakan bantuan alat pendeteksi.
Persoalan ini sering diabaikan, kata Firdaus, karena pemerintah tidak pernah mengalokasikan anggaran secara khusus dan serius.
Padahal, di sejumlah ruas, usia konstruksi tanggul sudah tua. Salah satu ruas yang sudah termakan usia ada di Kelurahan Bendungan Hilir, Kecamatan Tanah Abang. Di ruas itulah, pada 31 Desember 2013 pukul 09.00 WIB, tanggul Kanal Barat ambles sepanjang sekitar 100 meter.
Letaknya hanya sekitar 10 meter dari Pos Pemantau Pintu Air Karet. Sebagian dinding tanggul ambruk ke sisi kanal. Akibat peristiwa ini, empat mobil terperosok dan nyaris masuk ke aliran kanal.
Berdasarkan pemantauan Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta, kondisi tanggul miring beberapa hari terakhir. Konstruksi tanggul juga tidak menggunakan penopang yang kuat sehingga rawan longsor, terutama saat musim hujan.
Kondisi itu makin memprihatinkan karena kawasan pinggir tanggul menjadi penyimpanan material milik Suku Dinas Perumahan Jakarta Pusat dan mobil milik warga.
Tidak Mengira
Abdul Manan (50), warga setempat, tidak mengira dinding tanggul ambruk. Selama ini dia mengira tanggul aman-aman saja. Abdul Manan mendirikan warung makan di sisi timur lokasi kejadian.
Abdul menduga peristiwa ini terjadi karena beban berat material di atas tanggul. Material yang dimaksud berupa batu yang dipakai untuk perbaikan drainase di kawasan permukiman di sisi selatan tanggul. Beban tersebut bertambah dengan adanya sejumlah kendaraan yang parkir di atas tanggul.