Polda Pantau Geng Motor di Jabodetabek
Polda Metro Jaya kini memonitor geng motor atau kelompok motor yang ada di Jabodetabek.
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mengantisipasi peristiwa kekerasan yang dilakukan Geng Motor Tenky Boys di Pondok Gede, Minggu (16/2/2014) dini hari lalu, Polda Metro Jaya kini memonitor geng motor atau kelompok motor yang ada di Jabodetabek.
Monitoring dilakukan dengan memantau apakah geng-geng motor itu berpotensi atau rawan melakukan kekerasan.
Hal itu dikatakan Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Rikwanto, di Mapolda Metro Jaya, Jumat (21/2/2014).
Menurut Rikwanto, Polda Metro sejak lama sudah mengintruksikan semua Polres dan Polsek di Jabodetabek untuk mengamankan kelompok geng motor yang kerap bikin onar mulai dari tindakan pidana atau kebut-kebutan, seperti geng motor Tenky Boys.
"Sekarang yang lebih ditekankan di Polres dan Polsek adalah mengantisipasi munculnya kelompok semacam itu," ujar Rikwanto.
Ia menjelaskan Polda Metro Jaya sudah memiliki pemetaan kelompok-kelompok atau genk motor mulai dari yang positif dan yang bikin onar.
Karenanya kata Rikwanto beberapa hari setelah kejadian kekerasan yang dilakukan geng motor Tenky Boys, pihaknya, berhasil membekuk 11 pelaku anggota geng motor ini.
"Pemetaan geng motor sudah ada meliputi Jakarta Utara, Bekasi, Tangerang, Depok dan semua wilayah Jakarta. Di masing-masing wilayah geng motor ada. Tapi tidak semuanya kerap bikin onar, ada juga yang positif," katanya.
Menurutnya pemantauan geng motor oleh pihaknya kali ini bukan menandakan polisi melarang mereka untuk berkumpul dan berserikat.
"Jadi selama mereka tidak melanggar aturan dan hukum, silahkan lakukan kegiatan positif dan tidak ada masalah." ujar Rikwanto.
Menurut Rikwanto jumlah geng motor di Jabodetabek mencapai puluhan. Namun ia mengaku tidak tahu jumlah pastinya karena beberapa kelompok timbul tenggelam. Yang pasti, katanya, sudah ada pemetaan yang dilakukan polisi.
"Geng atau komunitas sepeda motor ini ada puluhan jumlahnya di Jakarta dan di daerah penyangga Ibukota," katanya.
Karena beberapa geng motor ada di daerah penyangga Ibukota, lanjutnya, pergerakan mereka akhirnya sampai juga ke Jakarta.
Mengenai Tengky Boys, kata Rikwanto, awalnya kelompok ini diketahui baik-baik saja. Namun katanya kelompok ini kemudian mulai meresahkan masyarakat.
Sejak kapan Tengky Boys mulai meresahkan masyarakat, Rikwanto, mengaku tidak tahu pasti. Sebab katanya Tengky Boys terbilang timbul tenggelam.
"Untuk Tengky Boys, mereka ini hilang timbul, jadi tidak selalu eksis. Geng motor yang berbuat negatif, sebenarnya muncul secara alamiah saja. Karena manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, mereka pasti mencari kelompok untuk eksis," katanya.
Geng motor atau kelompok komunitas motor sendiri, kata Rikwanto, bisa sesuai merk sepeda motor, tahun keluaran, hobby yang sama, kesamaan tempat tinggal dan lain-lain.
"Mereka menjamur hingga mulai memiliki banyak kegiatan positif tapi ada pula yang negatif," ujar Rikwanto.
Mengenai bengkel yang menjadi penadah sepeda motor hasil rampasan geng motor, menurut Rikwanto bengkel tersebut tidak bisa dikatakan selalu salah. Sebab, katanya, bisa saja pengelola bengkel tidak tahui itu hasil rampasan. "Namun siapa yang terlibat, baik pelaku dan penadah, semuanya bisa dikenakan sanksi apabila terbukti melakukan pidana dalam pengadilan nanti," kata Rikwanto.(bum)