Kyai Maman Miris Ikuti Kasus Kekerasan Seks Terhadap AK
KH Maman Imanulhaq merasa miris mengikuti perkembangan penanganan kasus kekerasan seks terhadap AK, murid TK Jakarta International School.
Editor: Domu D. Ambarita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - KH Maman Imanulhaq merasa miris mengikuti perkembangan penanganan kasus kekerasan seks terhadap AK, bocah 6 tahun, murid TK Jakarta International School. Ia meminta polisi mengekspose foto para pelaku agar korban lain, jika ada, dapat mengenali dan melaporkan. Alasan lain, agar warga dapat mengenali pelaku, untuk mencegah kasus serupa terulang.
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Mizan Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat tersebut berharap kasus ini menjadi pelajaran berharga bagi bangsa agar kejadian serupa dapat dicegah.
"Melihat kasus kekerasan seks kepada murid TK di JIS, menurut saya, ini pertanda negara dalam kondisi darurat dalam hal perlindungan anak-anak," ujar Maman saat bertemu dengan Tribunnews.com di kawasan Senayan, Jakarta, Juma (25/4/2014).
Kyai muda kelahiran Sumedang, 8 Desember 1972 ini mengatakan, demi pendidikan yang semakin bermutu, semua pihak hendaknya memperjuangkan kualitas guru, insfrastruktur sekolah dan nasib anak didiknya.
"Jangan sampai sekolah tak ubahnya bagai sebuah lembaga pemasyarakatan (lapas) yang intimidatif, menyiksa, dan sarat dengan kontrol. Padahal pendidikan dimaksudkan sebagai proses pembebasan, pencerahan, dan pengembangan nalar dan budi manusia," kata Maman.
Menurut Maman, kasus kekerasan seks tidak tertutup kemungkinan hanya terjadi di JIS. "Saya menduga, ada juga di sekolah lain, termasuk sekolah-sekolah bersimbol agama," kata Maman, politisi Wakil Sekretaris Dewan Syuro DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Agar memiliki efek jera kepada manajemen JIS serta sekolah lainnya, ia meminta, guru terutama kepala sekolah JIS diperiksa polisi. "Sebab sekali anak tercederai, dia akan menanggung beban berat sepanjang hidupnya ke depan. Mengapa guru dan kepala sekolah perlu diperiksa? Karena dia gagal memberi perlindungan dan pendidikan kepada anak, termasuk karena dia menampung seorang guru yang ternyata buronan FBI dalam kasus fedofilia."
Menurutnya, kepala sekolah termasuk pihak yayasan JIS, harus mencegah kasus kekerasan seks - - kaum homoseksual, seperti dialami AK, bocah 6 tahun. Caranya perlu peningkatan pengawasan, termasuk tes kepada pengajar.
Apalagi belakangan korbannya kekerasan seks pada anak bertambah, menjadi dua orang. "Saya curiga, ini korbannya tidak hanya dua. Karena ketertutupan pihak sekolah jadinya begini," kata Maman.
Polisi pun tidak boleh diskiriminasi terhadap pelaku, apalagi penjahat kelamin. Polisi jangan hanya terbuka kepada penjahat kecil seperti pencuri sandal, tetapi penjahat kelamin tidak. Maman meminta polisi mengekspose wajah pelaku agar dikenali publik. Bila diekspose foto wajahnya, jika ada korban lain kemungkinan akan bersudar. Selain itu, warga jadi dapat mengenali dan mencegah jatuhnya korban baru.
Kiai yang getol membela pluralisme, termasuk melindungi kaum Ahmadiyah itu mengatakan, pendidikan adalah proses pencerdasan, pencerahan dan pengembangan akal budi anak. Dengan demikian, semua orangtua, dan murid, tidak boleh demi alasan kenaikan kelas, atau mendapatkan nilai yang baik, lalu taat kepada guru bejat.
"Tidak ada alasan atas nama ketaatan dan naik kelas yang membenarkan guru melecehkan seksual murid. Itu tidak boleh. Publik harus tahu apa yang terjadi di sekolah, termasuk pesantren, sekolah tidak terutup," ujar Maman.
Andai kasus seperti JIS telusuri semua, dia memperkirakan lembaga sekolah tanpa izin akan banyak didapati. "Berapa sekolah yang justru mempraktekkan perbudakan kepada siswi kepada. Pada salah satu sekolah tinggi, seorang mahasiswi merelakan tubuhnya digerayani dosennya hanya untuk memperbaiki nilai. Ini mencemaskan, miris saya," katanya.
Maman meminta untuk mencegah kasus kekerasan seks kepada anak terjadi di sekolah, pihak sekolah pencegahan tidik perlu memasang kamera pengintai televisi (CCTV) berlebihan. "Tapi beri akses terbuka sekolah kepada publik. Lalu guru discreening. Membina guru menjadi seorang sosok teladan, yang digugu dan ditiru, bukan yang wagu (aneh) dan saru (porno, jorok)."
Kemudian pemerintah memperketat perizinan pendirian sekolah, termasuk sekolah berlevel internasional. "Jangan tertipu oleh level," kata Kyai Maman.
Maman pun mengajak para orangtua lebih peduli pada anak-anak. "Ajakan saya, jadikan keluarga menjadi tempat pendidikan awal anak-anak kita. Jangan korbankan anak-anak dengan alasan kesibukan orangtua lalu menyerahkan anak-anak hanya kepada sekolah. Pendidikan anak-anak tetap menjadi prioritas di keluarga," kata Maman. (*)