Sulit Dapat BBG, Sopir Bajaj Terpaksa Kasih "Upeti"
"Begini, kalau nggak banyak SPBG. Mau isi ulang, selalu antre panjang," ungkap Udin, belum lama ini.
Editor: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Minimnya ketersediaan stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) di DKI Jakarta berdampak pada Iayanan kepada konsumen, terutama awak angkutan umum, seperti sopir bajaj.
Para sopir bajaj pun mengeluh sulitnya mendapati SPBG di wilayah Jakarta. Kalau pun sudah mendapatkan SPBU, para sopir dihadapi persoalan lain, yakni mereka harus mengantre berjam-jam untuk bisa mengisi bahan bakar gas (BBG) untuk kendaraannya.
Seperti yang diungkap Udin (34), sopir bajaj yang ditemui Warta Kota di areal SPBG Pulogadung di Jalan Pemuda, Pulogadung, Jakarta Timur. "Begini, kalau nggak banyak SPBG. Mau isi ulang, selalu antre panjang," ungkap Udin, belum lama ini.
Udin mengaku sering mengisi ulang BBG bajaj yang dibawanya di SPBG Pulogadung. "Tapi, ya itu. Selalu antre. Nggak pagi, siang, sore, atau malam," ujar Udin yang mengaku selalu khawatir ketika tengah berada di lokasi yang tidak SPBG di sekitarnya.
"Ya khawatirnya, bahan bakar habis, tapi di lokasi saya berada, nggak ada SPBG," kata Udin.
Sopir bajaj lainnya, Yanto (42), mengatakan, antrean di SPBG, tidak hanya terjadi di SPBG Pulogadung, Jakarta Timur. "Kondisi itu terjadi di semua SPBG di Jakarta," ungkap Yanto yang ditemui Warta Kota di Jalan Raya Wijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, belum lama ini.
Yanto mengaku, kondisi panjangnya antrean di SPBG, ditambah banyaknya sopir bajaj yang berebut untuk dilayani lebih dulu, akhirnya dimanfaatkan sejumlah oknum SPBG untuk melakukan pungutan liar (pungli) kepada para sopir Bajaj.
"Setiap hari pasti ada pungli. Apalagi kalau antrean panjang bus Transjakarta. Biasanya, antrean lumayan panjang terjadi pukul 13.00 hingga 14.00 atau sekitar pukul 23.00," ungkap Yanto.
Jadi, lanjut Yanto, munculnya pungli, itu juga karena ada kebutuhan para sopir Bajaj yang tidak ingin berlama-lama antre. "Apalagi kalau kelihatan antrean bus transjakarta sudah lumayan panjang. Sopir-sopir Bajaj itu jadi nyoclok. Soalnya, kalau harus nunggu bus transjakarta isi BBG, sudah pasti lama banget," kata Yanto.
Jika kondisinya seperti itu, ungkap sopir bajaj lainnya, Supriyadi (40), mau tidak mau, harus memberi sogokan atau selipan. "Soalnya, kalo nggak gitu, nggak bakalan dikasih ngisi lebih cepat," ujar Supriyadi yang diamini Yanto.
Mengenai besaran uang sogokan ke oknum SPBG, Yanto menyebut angka, antara Rp1.000 sampai Rp2.000 untuk satu kali pengisian. "Cara. ngasihnya, terang-terangan. Saat bayar ngisi SPBG. Jadi, saat bayar SPBG, ongkosnya kita lebihin. Kalau, ongkosnya, abis Rp15.500, kita ngasihke oknum SPBG itu Rp17.000," ungkap Yanto.
Menurut sopir Bajaj, lainnya, banyak yang melakukan itu. "Itung-itung, bagi-bagi rezeki. Habis mau gimana lagi," kata seorang sopir bajaj.
Dikonfirmasi terpisah, Dinas Energi dan Perindustrian DKI Jakarta, menyatakan belum mengetahui adanya pungutan liar (pungli) yang dilakukan pengelola stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) di DKI Jakarta.