Alumni Jadi Bandar Narkoba di Unas
Narkoba dan pergaulan bebas, imej yang melekat pada kampus Universitas Nasional (Unas) saat ini ternyata dikendalikan oleh para alumni Unas sendiri
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Narkoba dan pergaulan bebas, imej yang melekat pada kampus Universitas Nasional (Unas) saat ini ternyata dikendalikan oleh para alumni Unas sendiri. Tidak hanya sebatas konsumsi, lingkungan kampus pun dijadikan sebagai arena lalulintas peredaran di wilayah Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Fakta terkait bebasnya aktivitas penyalahgunaan narkoba khususnya jenis ganja dan sabu di lingkungan kampus Unas diungkapkan A, salah seorang mahasiswa tingkat akhir dari salah satu fakultas pada universitas yang dikenal dengan nama Kampus Perjuangan itu sejak lama dilakukan, tepatnya pada pertengahan era 90an.
Pecahnya reformasi pada tahun 1998 serta runtuhnya era orde baru membuat para mahasiswa angkatan 97 hingga 98 layaknya pahlawan dan kebal hukum karena merasa berjasa sebagai pendorong pergerakan mahasiswa.
Rasa percaya diri mahasiswa yang berlanjut menjadi senior dan alumni yang dikenal juga dengan nama Angkatan Perjuangan itu pun menjadikan lingkungan kampus layaknya rumah kedua.
Tidak ada sekat dan batas dalam pergaulan, kebersamaan serta menjunjung tinggi senioritas menjadi budaya yang ditanamkan pada generasi-generasi penerus pada setiap angkatan mahasiswa hingga kini.
Namun bukan hanya dampak positif yang terasa dalam pergaulan antar sesama mahasiswa Unas, pengaruh buruk seperti halnya penyalahgunaan narkoba pun kian ramai dilakukan.
"Ganja sama sabu sudah jadi biasa di sini, kalau mau tahu, semua fakultas, UKM sampe mahasiswa baru bisa beli di kampus. Kenapa bisa begitu, karena semua itu sudah ada dari angkatan tua, angkatan tahun 90-an," jelasnya meyakinkan.
Bergulirnya waktu dan merasa paling hebat, para alumni katanya semakin memperkaya diri dengan menjual narkoba golongan satu jenis lainnya, seperti shabu dan putaw. Namun tidak bertahan lama, aktivitas jual beli narkoba tersebut hilang seiring jatuhnya satu per satu korban akibat over dosis.
Selain itu, terlihat jelasnya aktivitas pemadat dan peredaran narkoba, pihak rektorat kampus pun bekerjasama dengan Kepolisian untuk menggelar razia besar-besaran pada sekitar pertengahan tahun 2008.
"Habis razia, bersih semuanya. Barang bukti waktu itu cuma dapet dua kilogram ganja sama beberapa gram sabu saja. Tapi karena info bocor, polisi sama sekali nggak pegang tersangka," ceritanya.
Hari-hari bebas narkoba usai penggerebekan kala itu, ungkapnya cukup bertahan lama. Lingkungan kampus yang kondusif yang hanya diisi dengan kegiatan kemahasiswaan murni sempat dirasakannya.
Tetapi seiring berjalannya waktu dan tenggelamnya kasus pengungkapan narkoba di lingkungan kampus, para alumni kembali datang dan mulai menguasai ruang-ruang kemahasiswaan seperti ruang senat dan sekretariat Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).
Geliat peredaran narkoba pun mulai tumbuh dan berkembang hingga saat ini. Para alumni kembali menjadikan lingkungan kampus sebagai markas peredaran narkoba dan jalur perlintasan distribusi narkoba ke wilayah Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Kondisi tersebut dilihatnya sendiri berdasarkan pengamatan terkait semakin banyaknya pemakai yang berasal dari pihak luar yang mulai masuk secara rutin ke dalam lingkungan kampus. Selain itu, pembuktian pun diketahuinya dari semakin besarnya pasokan ganja kering seberat 10 kilogram yang habis hanya dalam waktu satu minggu.