Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Suroto: Dia Sudah Bunuh Anak Saya, tapi Tidak Pernah Menyesalinya

Orangtua Ade Sara, Suroto dan Elisabeth, selalu hadir di tiap persidangan. Tiap minggu, mereka bertemu dengan terdakwa pembunuh anaknya

Editor: Gusti Sawabi
zoom-in Suroto: Dia Sudah Bunuh Anak Saya, tapi Tidak Pernah Menyesalinya
Warta Kota/Adhy Kelana
Ahmad Imam Al Hafitd dan Assyifah Anggraini (Assyifa Ramadhani), dua terdakwa kasus pembunuhan Ade Sara Angelina Suroto, berdoa sesaat sebelum menjalani sidang perdana kasus tersebut di Pengadilan Negeri Jakara Pusat, Selasa (19/8/2014). Sidang yang dipimpin oleh Ketua Majelis Hakim Hapsari ini menyebut kedua terdakwa terancam hukuman seumur hidup. Selain itu, keduanya didakwa dengan pasal berlapis. Warta Kota/Adhy Kelana 

Tribunnews.com, Jakarta - Sidang kasus pembunuhan Ade Sara Angelina Suroto, dilaksanakan rutin tiap Selasa di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Orangtua Ade Sara, Suroto dan Elisabeth, selalu hadir di tiap persidangan. Tiap minggu, mereka bertemu dengan terdakwa pembunuh anaknya, Ahmad Imam Al Hafitd dan Assyifa Ramadhani. Apa yang ada dipikiran mereka ketika melihat dua orang yang merenggut nyawa putrinya itu?

"Marah. Sedih karena dia sudah melakukan pembunuhan tapi kok tidak ada rasa penyesalan," ujar Suroto kepada Kompas.com, Selasa (16/9/2014).

Suroto kecewa kedua terdakwa malah bersikap tidak peduli kepada dia dan istrinya. Beberapa kali, Suroto dan Elisabeth pernah berpapasan dengan Hafitd dan Assyifa ketika mereka akan masuk ke ruang sidang. Suroto yakin mereka tahu keberadaan orangtua Sara di depan mereka. Tapi, Hafitd dan Assyifa sama sekali tidak mau menyapa atau sekadar menatap Suroto dan Elisabeth.

"Dia malah acuh terhadap kami. Berpapasan pun tidak mau menyapa, ditanya tidak mau menjawab," ujar Suroto.

Awalnya, banyak orang-orang dekat Suroto yang menganggap bahwa Hafitd dan Assyifa pasti malu dan takut. Rasa malu dan takut itu lah yang mencegah mereka berdua untuk berani berhadapan langsung dengan orangtua Ade Sara. Namun, Suroto beranggapan lain. Menurutnya, Hafitd dan Assyifa lebih menunjukan sikap angkuh dibandingkan malu dan takut.

Beberapa waktu, kepala mereka tengadah ketika melewati orangtua Ade Sara. Melihat hal itu, Suroto mengaku semakin sakit.

Berita Rekomendasi

"Orang malu sama angkuh kelihatan bedanya," ujar Suroto.

Suroto mengaku, sebenarnya dia dan istrinya tidak membenci Hafitd dan Assyifa. Suroto hanya kecewa belum merasa melihat penyesalan dari diri kedua remaja itu. Ketika menunggu persidangan pada beberapa minggu lalu, ibu Ade Sara, Elisabeth, sempat mengungkapkan rasa sakit hatinya.

Elisabeth bercerita, setelah kejadian pembunuhan itu, sempat ada salah satu teman Ade Sara yang bertanya langsung kepada Assyifa. Kenapa Assyifa tega melakukan itu? Jawaban Assyifa, membuat Elisabeth merasa semakin tidak rela dengan kepergian anaknya.

"Dia jawab untuk 'have fun'. Jadi membunuh itu have fun buat dia," ujar Elisabeth sambil terisak.

Pada Selasa (19/8/2014), ketika sidang perdana kasus pembunuhan anaknya, Elisabeth sempat mendatangi Hafitd dan menasihatinya. Saat itu, dengan wajah berkaca-kaca, Elisabeth berbicara kepada Hafitd.

"Hafitd, saya mamanya Sara. Mau tanya kenapa sampai khilaf? Kalau khilaf kok berjam-jam? Kalian berdua sama-sama mencintai. Jangan berbohong. Itu membuat hatimu enggak lurus," ujar Elisabeth kepada Hafitd seusai sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (19/8/2014).

Ditanya seperti itu, Hafitd tetap menunduk terdiam. Namun, tak lama kemudian Hafitd mulai membuka suara. Dirinya pun menyatakan penyesalannya dan meminta maaf. Masih dengan wajah berkaca-kaca, ibu Ade Sara membelai pundak Hafitd sambil didampingi suaminya. Elisabeth pun lanjut menasihati Hafitd.

"Lakukanlah hal benar. Ini sesuatu yang salah. Kalau enggak dekat sama Tuhan, manalah aku bisa membelaimu seperti ini, Hafitd," ujar Elisabeth. "Belajarlah jadi laki-laki yang gentleman. Jangan membunuh lagi. Ini sesuatu yang sadis," tambahnya.

Suroto, menganggap nasihat itu sebagai bentuk kepedulian mereka kepada Hafitd dan Assyifa. Dia tidak mau kedua remaja ini mengulang hal yang sama di kemudian hari. Namun, ada satu lagi penyesalan yang tersisa di diri Suroto dan Elisabeth. Sikap Hafitd dan Assyifa selama bertemu mereka selama ini, menurutnya, adalah tanda kesombongan.

"Tapi apa boleh buat.. Yang dinasehati masih tertutup hatinya," ujar Suroto.

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas