Kuburan Sapi Kurban Digali Kembali
Pengelola penjualan hewan kurban pun, justru langsung mengubur sapi jenis Bali tersebut di dekat lokasi kandang
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Mohamad Yusuf
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Seekor sapi kurban yang dijual di kebon kosong, Jalan MT Haryono, Bidaracina, Jatinegara, Jakarta Timur, mati di kandangnya, Senin (29/9/2014).
Pengelola penjualan hewan kurban pun, justru langsung mengubur sapi jenis Bali tersebut di dekat lokasi kandang. Namun, pihak Suku Dinas dan Peternakan dan Perikanan Jakarta Timur, langsung menindaklanjuti.
Mereka membongkar kuburan tersebut dan mengambil sampel darah, untuk mengantisipasi terjangkitnya penyakit antraks. Pantauan Warta Kota, Senin (29/9/2014) malam, petugas dari Sudin Peternakan dan Perikanan Jakarta Timur, serta petugas dari Balai Kesehatan Hewan dan Ikan, langsung mendatangi tempat penjualan hewan kurban tersebut.
Terdapat 185 sapi yang dijual di lahan kosong itu. Dua penjaga hewan kurban, menggali kuburan sapi menggunakan pacul. Hanya kurang lebih 30 cm, tanah itu digali, tampak bagian kepala sapi yang dibungkus karpet merah tersebut. Petugas langsung mengambil sampel darah dari kuping sapi itu menggunakan sebuah insulin.
Kemudian memindahkannya ke tiga gelas kecil. Sesudahnya, sarung tangan dan insulin yang telah digunakan langsung dikubur di lokasi tersebut. Kemudian diberikan cairan desinfektan. Sukarso, pengelola penjualan hewan kurban tersebut, mengaku bahwa sapi itu mati pada Senin (29/9/2014) pagi.
Namun, ia menyangkal bahwa sapinya tersebut mati karena terkena penyakit. "Kami punya Surat Keterangan Kesehatan Hewan dari Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Bekasi. Jadi tidak mungkin sapi ini sakit kalau ada suratnya. Kami juga tidak akan menerima sapi tersebut kalau sakit," kata Sukarso, ditemui di lokasi.
Menurut Sukarso, pihaknya menduga sapi tersebut mati karena tergencet sapi lainnya selama dalam perjalan. Sapi tersebut dikirim langsung dari Bali, pada 8 September 2014 lalu. Kemudian, transit di Cikarang Bekasi, untuk dilakukan pengecekan kesehatan pada 11 September lalu.
"Tanggal 11 September malam tiba di sini. Kondisinya masih sehat. Bahkan sapi ini sudah ada yang beli. Nggak mungkin orang membeli sapi yang nggak sehat," katanya.
Kemungkinan, lanjutnya, sapi tersebut tergencet sapi lain karena, sapi itu terbilang berukuran kecil, dengan Kelas A yaitu hanya seberat 200 sampai 230 kg dan harga Rp 12 juta hingga Rp 13 juta. "Memang seminggu belakangan, sapi ini susah makannya. Mungkin karena tergencet-gencet selama perjalanan ke sini. Tapi kami sudah kasih obatin dan kasih jamu, juga obat cacing," katanya.
Namun, ternyata, lanjutnya, sapi tersebut mati pada Senin (29/9/2014) pagi. Pihaknya langsung menguburnya di dekat kandang sapi tersebut. Di tempat itu sendiri, menurut Sukarso, terdapat 185 sapi dengan jenis Bali dan PO. Ia baru tahun ini berjualan sapi-sapi di lokasi tersebut.
Uji Lab Sementara itu, Kepala Sudin Peternakan dan Perikananan Wachyuni, mengatakan, pihaknya mengantisipasi, adanya penyakit antraks pada sapi tersebut. Karena itu, pihaknya langsung melakukan uji lab pada bangkai sapi yang telah dikubur.
"Kami telah ambil sampel dan akan langsung dilakukan uji lab. Hasilnya besok baru diketahui," katanya.
Namun, jika memang dinyatakan positif terinfeksi penyakit, maka pihaknya akan memberikan sanksi. "Karena itu harus diwaspadai. Jika ada hewan yang mati kami imbau kepada pedagang untuk melaporkan ke kami. Bisa lewat Kelurahan atau Kecamatan," katanya.