Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dishub DKI Percepat Revitalisasi Bajaj 2 Tak ke BBG

Selain itu, asap yang dihasilkan dari knalpot bajaj itu menjadi polusi udara di lingkungan

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Dishub DKI Percepat Revitalisasi Bajaj 2 Tak ke BBG
WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA
Petugas tengah mengisi bahan bakar gas (BBG) pada bajaj melalui mobil pengisian BBG atau Mobile Refueling Unit (MRU) di kawasan Monas, Jakarta Pusat 

Laporan Wartawan Warta Kota, Panji Baskhara Ramadhan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Upaya pemerintah menghapuskan angkutan lingkungan (angling) jenis bajaj bermesin dua tak, ternyata masih dalam tahap proses. Namun, pihak Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta berjanji akan mempercepat peremajaan angkutan lingkungan yang hingga kini masih eksis di Jakarta.

Bajaj bermesin dua tak menjadi permasalahan tertentu di Ibukota Jakarta. Keberadaan bajaj berwarna oranye ini dirasakan masyarakat sudah menganggu kenyamanan kota. Hal demikian diketahui karena suara bisingnya yang memekikkan telinga. Selain itu, asap yang dihasilkan dari knalpot bajaj itu menjadi polusi udara di lingkungan.

Sehingga, sejak sepuluh tahun silam telah diprogramkan bajaj oranye tersebut untuk diganti. Bajaj oranye demikian digantikan dengan bajaj empat tak yang berbahan bakar gas (BBG), atau lebih dikenal dengan bajaj biru. Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, M Akbar menuturkan, program peremajaan sempat terkendala beberapa hal. Kendala tersebut, baik terkendala di internal maupun di eksternal.

"Kendala itu berasal dari internal atau (pemilik bajaj). Mereka sulit untuk mengakses kredit murah. Ada lagi kendala eksternal, yaitu terbatasnya ketersediaan bajaj yang kemudian membuat harga bajaj ber-BBG sangat mahal," katanya di acara diskusi bersama stakeholder dalam hal peremejaan Bajaj di Merdesa Restoran, Jalan Veteran 1 no 23, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (22/10/2014).

Peremajaan tersebut juga terbilang lambat, diketahui dari target kuota 14.400 sekian peremajaan (Bajai) ini, dimulai dari 2006. Namun, hingga kini baru sekitar 6000 bajaj. "Kalau pola ini diteruskan, maka bisa dibayangkan untuk 6000 itu butuh waktu 8 tahun. Lalu, kendala selanjutnya adalah ketersediaan bajai sangat terbatas. Pembelinya sudah siap akan tetapi barangnya gak ada," kata Akbar.

Untuk itu, Dinas perhubungan (Dishub) DKI membuka mekanisme baru. Yaitu mengijinkan pemilik bajaj untuk dapat mengurus langsung ke Dishub. Tak hanya itu juga, pemilik dapat membeli Bajai langsung dari penyedia barang.

Berita Rekomendasi

"Menghadapi kondisi ini, pihak kami melakukan terobosan. Melalui deregulasi proses pengadaan bajaj biru ber-BBG agar lebih sederhana dan murah. Pemilik bajaj oranye atau bermesin dua tak, jika ingin meremajakan bajajnya bisa melakui produsen atau distributor," katanya.

Tags:
Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas