Bisnis Kerajinan pun Maju Pesat di Thamrin City
Keinginan Subur pelaku usaha kerajinan khas Yogyakarta menembus pasar Jakarta akhirnya tercapai setelah mendapatkan ajakan bergabung dari Thamrin City
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keinginan Subur, pelaku usaha kerajinan khas Yogyakarta menembus pasar Jakarta akhirnya tercapai setelah mendapatkan ajakan bergabung dari Thamrin City. Kini, Subur dan tokonya yang berlokasi di zona Pusat Batik Nusantara atau tepatna di area batik Yogyakarta pun mulai ramai oleh pengunjung yang mencari aneka kerajinan Yogyakarta . Omset penjualan pun berkisar Rp 25 juta hingga Rp 30 juta per bulan.
“Kami menjual dengan harga paling murah Rp 10.000 hingga Rp 500.000 per satuan barang,” ungkap Subur.
Di tokonya, bisa dijumpai aneka produk kerajinan topeng, sepeda tembaga, becak silver, wayang kayu, gantungan kunci, canting dan klontongan bambu.
“Pembelian dalam jumlah besar harus dipesan terlebih dahulu,” tandasnya.
Kemajuan usaha juga dialami Moria Fatma, pemilik usaha kerajinan Balimore yang menjual aneka aksesories etnik Bali di di Lantai 2 Blok A3 Thamrin City.
Menurut Moria Fatma, barang-barang aksesories seperti gelang, kalung, anting dan ikat rambut serta pernak pernik wanita yang dijual di tokonya itu semua diproduksi di Denpasar, Bali. Hargaya bervariasi antara Rp 30 ribu hingga Rp 100 ribu per satuan barang.
“Kalau pembelian secara grosir mendapatkan diskon sebesar 20 persen dari harga barang,” tutur Moria.
Diakuinya, minat akan barang-barang aksesories etnik Bali sudah cukup tinggi di Jakarta. “Kami bisa mendapat omset Rp 30 hingga Rp 40 juta per bulan,” jelasnya.
Menikmati hasil usaha berjualan aneka kerajinan Keris dari berbagai daerah di Indonesia juga dirasakan Febri, pemilik toko Java Antique Store di lantai Lantai 3 Blok A Thamrin City. Di toko ini bisa ditemui berbagai macam jenis Keris dari Madura, Kalimantan, Yogyakarta, Solo, Kediri, Lampung, Makasar dan lainnya.
“Ada sekitar 250 jenis keris dari berbagai daerah di Indonesia,” ujar Febri.
Menurut Febri, aneka Keris yang dijual berharga Rp 1 juta hingga Rp 3 juta . Para pembeli yang datang berkunjung, kata Febri, umumnya para kolektor keris dan juga orang asing yang menggemari barang antik seperti keris.
“Omset per bulan bisa mencapai Rp 100 juta,” katanya.
Diakuinya, Keris Madura diproduksi keluarganya secara turun temurun di Sumenep, sedangkan Keris yang lain dibeli dari para pengrajin dan kolektor di daerah.
“Kemajuan usaha kami semakin berkembang sejak bergabung di Thamrin City,” tandasnya.
Lucy Ratna selaku Public Relations and Promotion Manager Thamrin City mengatakan sudah menjadi komitmen pihaknya tetap membantu menghadirkan aneka produk kerajinan daerah di pusat kota Jakarta yakni di Thamrin City.
Kemajuan usaha mulai dirasakan Subur, usaha kerajinannya yang berbasis di Krebet, Bantul, Yogyakarta itu, kini semakin maju setelah empat tahun bergabung di Thamrin City. Toko Subur Craft miliknya yang terletak di lantai dasar 1 Thamrin City, kata Subur, menjual aneka kerajinan khas untuk souvenir kantor, sekolah dan barang multifungsi.
“Semua barang kerajinan diproduksi di Yogyakarta dengan bantuan tenaga pengrajin lokal, di Jakarta hanya untuk pemasaran saja,” ujar Subur.