Sopir Angkot: Mogok Nasional Enggak Ada Gunanya, Harga BBM Sudah Naik
Menurut saya (mogok nasional) enggak ada artinya. Soalnya apapun yang terjadi sudah terjadi. Jadi kami kalau demo enggak ada kerjaan menurut saya.
Penulis: Rahmat Patutie
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rahmat Patutie
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tamba (59) sopir trayek 04 jurusan Pasar Minggu-Depok Timur mengatakan rugi bila sopir ikut mogok nasional. Dia mengaku pasrah dengan keputusan pemerintah.
"Menurut saya (mogok nasional) enggak ada artinya. Soalnya apapun yang terjadi sudah terjadi. Jadi kami kalau demo enggak ada kerjaan menurut saya," kata warga Depok itu kepada Tribunnews.com, Rabu (19/11/2014).
Tamba menegaskan tak ada perasaan takut dihakimi teman-temannya sesama sopir lantaran tidak ikut mogok nasional. Meskipun dia menyadari, sebagian sopir yang ingin ikut mogok itu karena merasa tidak setuju dengan kebijakan pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Sementara biaya tarif angkutan umum belum ada ketetapan naik tidaknya.
"Jadi kami demo pun percuma. Sudah naik mau diapain," tuturnya.
Disebutkan, dalam sehari bekerja dia harus menyetor sebesar Rp 150.000 kepada pemilik kendaraan. Menurutnya sebaiknya kerja mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dia pun tetap ingin tetap beroperasi mencari penumpang.
"Kami ini kan butuh biaya untuk anak-anak, ya kerja aja lah," terangnya.
Sebagaimana diberitakan, Organda akan melakukan aksi mogok sebagai wujud keprihatinan atas naiknya harga BBM bersubsidi untuk angkutan umum yang hanya menggunakan kurang dari 7 persen dari BBM subsidi, dimana lebih dari 90 persen penikmat BBM subsidi adalah kendaraan pribadi.